Berbagai terobosan ijtihadiy Menag Nasaruddin Umar mewarnai penyelenggaraan haji tahun ini. Terobosan dimaksud antara lain adanya Sistem One Kloter-One Hotel-One Syirkah, Tanazul, Murur, Safari Wukuf, dan rencana distribusi daging Dam ke Indonesia. Terobosan ini patut diapresiasi setinggi-tingginya sebagai bentuk kerja cerdas dan kerja antisipatif dari Menag Nasaruddin serta jajaran Kemenag RI, terutama bidang haji dan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia. Terobosan ijtihadiy ini merupakan langkah jitu Kemenag RI dalam meningkatkan kualitas layanan ibadah haji tahun 2025.
Sistem One Kloter-One Hotel-One Syirkah dimaksudkan bahwa setiap kloter jamaah haji akan ditempatkan pada hotel yang sama tanpa dipisah dengan anggota jamaah lainnya yang berada dalam satu kloter yang sama dan ditangani oleh satu perusahaan tertentu yang tidak dicampuri oleh perusahaan lain. Langkah ini dinilai sangat memudahkan pengkoordiniran jamaah, terutama jamaah lanjut usia, difabel, dan suami-isteri yang bisa ditempatkan pada satu hotel yang sama demi pertimbangan kemanusiaan, kemudahan layanan dan komunikasi. Di samping itu, banyak hotel yang ditempati jamaah tidak terlalu jauh dari lokasi pelaksanaan rangkaian ibadah haji.
Sementara itu Tanazul memberikan peluang kepada jamaah haji yang sudah menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah haji agar bisa pulang lebih awal ke tanah air namun tetap terjadwal dengan akurat. Hal ini dipandang sangat efektif untuk mengurai kepadatan dan mengatur sirkulasi jamaah secara lancar, serta mengurangi serangan penyakit dan risiko kelelahan para tamu Allah ini.
Sedangkan Murur memungkinkan jamaah untuk melewati Arafah saat wukuf tanpa harus turun dari kendaraan, namun tetap sah secara syar’i. Murur bagi jamaah haji Indonesia dipandang sangat solutif karena mengingat ribuan jamaah haji Indonesia tergolong lanjut usia dan penyandang difabel yang apabila mereka turun dari bus untuk mengikuti Wuquf di Arafah serta Mabit di Muzhdalifah dan Mina beresiko sangat tinggi karena jutaan manusia tumpah ruah di wilayah itu, sehingga sangat riskan bagi jamaah lanjut usia dan penyandang difabel untuk turun di sana. Jiwa mereka terancam kalau jalan sambil berdesak-desakan dan ditambah lagi dengan cuaca yang kurang bersahabat, serta kondisi fisik yang lemah, sehingga berpotensi menimbulkan korban jiwa.
Kemudian terobosan berikutnya adalah Safari Wukuf sebagai pilihan cerdas yang diberikan kepada jamaah yang memiliki keterbatasan fisik untuk bergerak mobile dan flexible. Jamaah difabel dapat dengan mudah menunaikan rangkaian ibadah haji secara nyaman dan menyenangkan tanpa khawatir tertinggal atau tidak menunaikan rangkaian ibadah haji secara tepat lokus dan tepat waktu.
Terobosan selanjutnya adalah rencana distribusi daging Dam ke Indonesia. Langkah ini dipandang strategis dalam mendukung asupan makanan segar bergizi dan selaras dengan gerakan penyediaan pangan yang lebih dari cukup bagi masyarakat Indonesia. Bahkan, boleh dikatakan bahwa distribusi daging Dam ke Indonesia ini menjadi pendamping atau penguat pada sisi lain, dari program makan bergizi gratis yang dicanangkan Presiden Prabowo.
Sejumlah terobosan ini tidak hanya diklaim sebagai metode keterpenuhan akan pelaksanaan ibadah haji secara suprasosial-metafisik-teologis saja, namun mesti dinilai pula sebagai bentuk dari upaya menjaga kemaslahatan secara sosio-antropo-fisik-higienis. Oleh karena itu, dengan sejumlah terobosan ijtihadiy ini, amat wajar bila Menag Nasaruddin atau Kemenag RI menuai pujian dari masyarakat, terutama dari para netizen, bahkan beritanya menjadi leader trending topic di akun media sosial X (Twitter) dan menjadi perbincangan hangat di sejumlah media online dan media sosial lainnya beberapa waktu lalu karena memang masyarakat menaruh harapan yang sangat besar kepada Kemenag RI untuk menyelenggarakan ibadah haji 2025 ini secara sukses.
Pada konteks lain para netizen ini cukup beralasan memberikan penilaian disebabkan biaya haji tahun ini relatif menurun cukup signifikan, ditambah lagi dengan jalinan kerjasama yang dilakukan Menag Nasaruddin dengan pihak Kementerian Haji dan Wakaf Saudi Arabia yang sangat baik, terlebih beliau adalah salah seorang di antara tujuh penasihat Kerajaan Saudi Arabia. Didukung pula dengan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang benar-benar diberi tanggung jawab penuh supaya telaten dan tuntas dalam menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.(*)