Akhirnya Badan Pusat Statistik (BPS) merilis hasil surveinya yang menunjukan bahwa Indeks Kepuasan Jamaah Haji Indonesia (IKJHI) pada tahun 2024 mendapat skor rata-rata 88,20% atau Sangat Memuaskan. Survei IKJHI ini merupakan hasil riset yang sudah teruji secara ilmiah. Survei ini dilakukan BPS kepada 14.400 jamaah haji Indonesia yang telah melaksanakan ibadah haji pada tahun 2024 dengan rentang skor 0-100. Tidak tanggung-tanggung, BPS langsung mengukur 10 item yang selalu dipandang menimbulkan kerawanan, yaitu:
Pertama, Transportasi Bus Shalawat dinilai Sangat Memuaskan oleh jamaah dengan skor 91,61%. Para jemaah memberikan penilaian seperti ini dianggap cukup logis karena bus yang disediakan adalah bus-bus yang terbaik untuk digunakan mengangkut jamaah haji yang akan melakukan shalawatan. Bus yang digunakan pun dilengkapi Air Conditioner sehingga para jemaah tidak merasa kepanasan, justru sebaliknya jemaah merasakan kenyamanan dan merasa betah untuk tinggal dalam bus seperti yang terjadi pada saat Murur untuk Mabit di Mina dan Mudzdalifah.
Kedua, Transportasi Bus Antarkota diganjar skor 91,11% atau Sangat Memuaskan. Demikian pula dengan Bus Antarkota, penyelenggara haji menyiapkan bus yang sudah terploating tempat duduknya masing-masing sehingga tidak menimbulkan desak-desakan di antara para jamaah. Ditambah lagi dengan fasilitas bus yang memadai membuat para jemaah merasa riang gembira untuk menjalankan setiap rukun dan wajib haji.
Ketiga, Layanan Hotel juga dinilai Sangat Memuaskan dengan skor 89,75%. Penilaian oleh jemaah ini sangat wajar karena jemaah disediakan hotel yang memenuhi standar baik dengan fasilitas hotel yang sangat memuaskan disertai layanan para pramuhotel yang prima, ramah, dan peduli akan kondisi dan kebutuhan jemaah haji.
Keempat, Layanan Petugas Haji pun mendapat penilaian Sangat Memuaskan dengan skor 88,97%. Skor ini cukup pantas karena para petugas haji sudah melewati tahapan penting, di mana mereka telah mengikuti rekrutmen yang cukup ketat, memenuhi syarat administrasi, kemudian mengikuti tahapan tes secara kompetitif, bagi yang lulus dilatih untuk mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing dan bahasa Indonesia serta mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi para jamaah. Khususnya masalah kekuatan dan kesehatan fisik petugas haji sangat didahulukan. Fokus perhatian utama tertuju pada jamaah haji Lansia sesuai tagline "Haji Ramah Lansia". Para jemaah Lansia benar-benar dilayani secara prima tanpa mengenal lelah siang dan malam oleh para petugas haji.
Kelima, Konsumsi Non Armuzna mendapat skor 88,75% Sangat Memuaskan. Skor ini dipandang logis karena para jemaah mendapatkan asupan makanan, buah-buahan, dan air minum yang lebih dari cukup. Di sana sini terdapat banyak makanan dan buahan, sehingga terkadang para jemaah kesulitan untuk menghabiskan makanannya. Kesan bahwa berhaji sambil berekreasi nampaknya bisa saja dialamatkan demikian dengan melihat kondisi yang seperti ini. Para jemaah tidak merasa kelaparan sedikitpun karena di setiap titik terdapat makanan yang membuat jemaah semakin nyaman untuk menjalankan ibadah haji.
Keenam, Layanan Ibadah mendapat skor 88,02% atau Sangat Memuaskan. Pada aspek layanan ibadah mendapatkan skor ini tentu amat rasional karena para jemaah termanjakan dengan layanan ibadah yang diberikan oleh para petugas haji. Para jemaah tidak perlu pusing untuk memikirkan tahapan penyelenggaraan haji karena sudah dipandu langsung oleh petugas dengan baik dan sempurna.
Ketujuh, Layanan Umum mendapat skor 86,66% juga Sangat Memuaskan. Layanan umum seperti pemeriksaan kesehatan dan obat-obatan dinilai sangat memadai. Tindakan-tindakan preventif yang dilakukan para petugas kesehatan dinilai sangat tepat dan akurat. Demikian pula dengan layanan fasilitas umum seperti MCK di lapangan dinilai cukup memadai dan sangat membantu jemaah.
Kedelapan, Transportasi Bus Armuzna mendapat skor 85,20% atau Sangat Memuaskan. Pada aspek ini rupanya tidak seperti yang diasumsikan orang bahwa transportasi Armuzna dinilai kurang memadai, padahal ternyata bus Armuzna dipandang lebih layak dan terorganisir dengan baik, sehingga para jamaah merasa nyaman di Armuzna.
Kesembilan, Konsumsi Armuzna mendapat skor 84,77% atau Memuaskan. Demikian pula dengan ketersediaan konsumsi di Armuzna dinilai lebih dari cukup, sehingga para jemaah tidak khawatir akan kelaparan. Di setiap titik dan di setiap waktu yang telah ditentukan telah tersedia makanan yang dibutuhkan, meski kondisi cuaca yang cukup panas.
Kesepuluh, Tenda Jemaah mendapat skor 76,10% atau Memuaskan. Meski dinilai memuaskan, namun para jemaah memaklumi kepadatan jemaah haji dari berbagai penjuru dunia yang berkumpul pada satu tempat memang cukup berisiko. Namun demikian, berkat tindakan antisipatif sejak dini, jauh-jauh hari sebelumya, tenda jemaah telah disiapkan dengan sebaik-baiknya, maka para jemaah sudah merasakan cukup nyaman dengan memanfaatkan tenda-tenda yang ada.
Hasil survei BPS ini sekaligus menjawab kekisruhan dan polemik yang under estimate terhadap pengelolaan haji di Indonesia tahun 2024. Meski di tengah Pansus bergulir, tidak menyurutkan semangat para jemaah haji untuk mengungkapkan apa yang dialaminya secara objektif kepada BPS karena mereka yang merasakan langsung pelayanan petugas di tanah suci. Hasilnya “amazing”, mereka memberikan penilaian yang secara totalitas dipandang Sangat Memuaskan. Namun tiba-tiba dibentuk Pansus tentang pelayanan haji. Padahal semestinya kita memberikan apresiasi yang setinggi-tinggi kepada Menteri Agama, seperti yang ditunjukan Kementerian Haji Kerajaan Saudi Arabia atas kinerja yang ditunjukan dengan mengelola haji disertai prestasi. Padahal pengelolaan haji mengalami kemajuan perbaikan, dan prestasi, bila dibanding tahun-tahun sebelumnya. Lagi pula Pansus haji ini hanya menyasar Menteri Agama. Publik bertanya mengapa Pansus hanya memanggil Menteri Agama, What’s Happen? What’s Wrong?. Mestinya, untuk mendapatkan data dan informasi yang lebih berimbang, seharusnya Pansus memanggil kementerian terkait karena banyak kementerian yang terlibat dalam pengelolaan haji ini. Misalnya, kenapa Pansus haji tidak memanggil pihak Kementerian Perhubungan dan Maskapai Garuda padahal mereka sering terjadi delay penerbangan hingga membuat para jamaah gusar dan galau, bahkan kasus kebakaran mesin pesawat Garuda yang ditumpangi para jemaah haji asal Gowa di Makassar tidak ditelusuri lebih jauh. Mengapa pula Pansus tidak memanggil Kementerian Kesehatan untuk melaporkan kondisi kesehatan dan penyebab kematian jemaah haji? Begitu juga mengapa Pansus tidak memanggil dan meng-crosscheck Kementerian Dalam Negeri atas dugaan kasus pemalsuan data kependudukan jamaah haji yang dialamatkan pada Kemenag? Demikian pula mengapa Pansus tidak memanggil Kementerian Perdagangan terkait pengadaan produk bahan makanan bagi jemaah haji? dan mengapa pula Pansus tidak memanggil Ormas Islam untuk menjelaskan tentang fatwa keagamaan seperti Murur, Tanazul, Fikih Taysir dan sebagainya, serta berbagai problem lain yang perlu diklarifikasi oleh Pansus. Terlepas dari persoalan di atas, masyarakat calon haji dan jemaah haji 2024 menilai Menteri Agama telah berhasil mengelola haji dengan disertai prestasi yang tidak mudah diraih, bila dibandingkan dengan pengelolaan haji sebelum beliau menjadi Menteri Agama. Akhirnya, hanya satu kata untuk Menteri Agama, “Bravo”…