-BENAK REKTOR-

DRIVER DIPLOMACY vs AWARD DIPLOMACY

Dipublish Tanggal 29 May 2025 Pukul 18:54 Prof. Dr. Husain Insawan, M.Ag - Rektor IAIN Kendari

Kunjungan kenegaraan Presiden Prancis Emmanuel Macron beserta ibu negara Brigitte Macron mendapatkan sambutan hangat dan ramah dari Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto. Sambutan hangat itu ditandai dengan tarian selamat datang, jabatan tangan dari pejabat negara yang sudah menunggu di tangga pesawat, pemeriksaan pasukan dan parade pasukan kavaleri berkuda dari pasukan pengamanan presiden, hingga agenda Macron untuk mengunjungi Candi Borobudur di Jawa Tengah. 

Kunjungan yang dijadwalkan 27-29 Mei 2025 menyertai kerjasama ekonomi dan bisnis yang dilakukan kedua negara. Tak pelak lagi forum bisnis dibuka dengan membahas berbagai agenda ekonomi terutama dalam hal investasi dan kerjasama dagang kedua negara. Prabowo berharap kerjasama yang dirajut selama 75 tahun kiranya tetap dipertahankan. Prabowo juga meminta agar Macron memberikan dukungan atas kemerdekaan Palestina mengingat Prancis merupakan salah satu negara yang sangat besar pengaruhnya di Uni Eropa. 

Yang menarik dari kunjungan Macron di Borobudur adalah ketika Prabowo menyupiri Macron beserta Brigitte dan Didit mengendarai Boogie Car. Sebenarnya tidak menghebohkan karena ini boleh dikata menjadi “driver” pemimpin negara sahabat merupakan bagian dari diplomasi dan keakraban di antara pemimpin negara. Sama halnya dengan Raja Abdullah yang menyupiri Presiden Prabowo ketika berkunjung ke Yordania. Akhirnya saling menyupiri di antara pemimpin negara menciptakan fatsun diplomatik yang sangat baik bagi hubungan antara kedua negara. Momen mengakrabkan para pemimpin dunia perlu senantiasa dirancang dan ini menjadi bagian dari diplomasi kenegaraan yang santun dan saling menghormati. 

Sungguh luar biasa Presiden memainkan seni diplomasinya sehingga membuahkan hasil yang apik dan manis, di mana para menteri kedua negara berhasil menandatangani 27 MOU senilai 178 Trilyun demi pembangunan negara. Tidak hanya itu, Diplomasi “Candi” pun dimainkan karena Macron diagendakan mengunjungi Borobudur dan Macron sangat memuji Borobudur sebagai mahakarya spiritual, di mana melalui ritualitas yang berpusat di Candi maka moderasi dan toleransi umat beragama di Indonesia berjalan sangat kondusif. Macron pun mengakui bahwa Borobudur merupakan gambaran spirit kemitraan Indonesia dan Prancis yang sampai saat ini sudah berjalan selama 75 tahun. 

Diplomasi “Candi” ini pun membuahkan hasil yang baik juga karena kedua pemimpin negara menandatangani 5 kesepakatan budaya. Dengan demikian, maka tidak berlebihan bila dikatakan bahwa Diplomasi “Supir” dan “Candi” telah diterapkan dengan baik, sehingga impact nantinya membawa kemajuan ekonomi dan budaya di masa depan sebagai hasil implementasi berkelanjutan dari kerjasama kedua negara.

Dari perspektif ekonomi moneter, kunjungan Macron ke Indonesia memberikan dampak yang cukup signifikan karena pasar merespon sangat positif yang membuat rupiah juga tetap terapresiasi di kisaran rata-rata Rp. 16.410 per dolar AS. Bila merujuk pada tahun lalu, rupiah selalu melemah ketika bulan Mei hingga 10 tahun sebelumnya. Namun pada Mei tahun ini rupiah membukukan penguatan nyaris 2% dibanding Mei tahun lalu rupiah yang hanya menguat tipis. 

Posisi rupiah yang nyaris melemah sekaitan dengan pola musiman permintaan dolar di pasaran. Sementara Mei sampai Juli, lazimnya terjadi tradisi pembayaran dividen perusahaan yang beririsan dengan meningkatnya permintaan valas ketika menjelang musim haji. Mei kali ini dipicu adanya permintaan valas rutin dari BUMN yang semakin menipiskan kantong valas Indonesia. 

Secara eksternal, stabilisasi rupiah pada periode Mei dipicu pula oleh pelemahan Dolar AS yang tergerus di angka 100,12 yang disebabkan Tarif Trump yang membuat geger dunia, sehingga Dolar AS terpuruk hingga 9% sepanjang tahun 2025 ini. Namun demikian, rupiah tetap mengalami penguatan bila dibandingkan periode April 2025 yang lalu, di mana rupiah hanya mampu bertahan dikisaran Rp. 16.813 per Dolar AS.

Kehadiran Macron di Indonesia semakin menguatkan posisi rupiah pada periode Mei ini yang menandakan bahwa stabilitas ekonomi dan keamanan di Indonesia sangat terkendali, sehingga merangsang para pengusaha untuk berinvestasi lebih besar di Indonesia.

Tidak kalah dengan Presiden Prabowo, Presiden Macron pun menerapkan Award Diplomacy, di mana Macron memberikan penghargaan Grand Cross of the Legion of Honour atau dalam bahasa Prancis Grand-croix de la Légion d'honneur. Semacam penghargaan agung bagi para legiun, mengingat Prabowo adalah seorang tentara sejati yang tidak hanya tinggal di depan meja mengatur strategi, tetapi juga turut serta dalam pertempuran di medan perang.

Adapun kunjungan balasan Presiden Prabowo ke Prancis dijadwalkan 14 Juli 2025. Hal ini menjadi indikator keseriusan Presiden Macron untuk menindaklanjuti isi MOU kedua negara, sembari menunggu kejutan-kejutan baru dari presiden Macron dalam diplomasi politiknya. Untuk sementara ini, publik belum mengetahui strategi apa yang akan dimainkan Macron pada kunjungan balasan nantinya. Satu hal yang jelas bahwa "Driver Diplomacy" ala Prabowo serta “Award Diplomacy" ala Macron telah sukses dipersembahkan bagi kedua pemimpin negara. Bravo Prabowo, Jayalah Indonesia. Liberte, Egalite, Fraternite for Macron.(*)

Lainnya