-BENAK REKTOR-

TELUK ILMU: EPISTEMOLOGI KEILMUAN UIN KENDARI

Dipublish Tanggal 20 September 2024 Pukul 03:50 Prof. Dr. Husain Insawan, M.Ag - Rektor IAIN Kendari

A.  EPISTEMOLOGI KEILMUAN
Kerangka konseptual keilmuan yang dikembangkan di UIN Kendari, yang mencakup mengenai filosofi pengetahuan, metode perolehan dan pengembangan pengetahuan, sumber-sumber dan ruang lingkup pengetahuan serta nilai-nilai yang terkandung dalam pengetahuan.
 
B. PARADIGMA BANGUNAN KEILMUAN
Paradigma keilmuan UIN  Kendari termuat dalam visi dan local wisdomnya:
1. Visi
a. Visi Keilmuan: Menjadi Pusat Pengembangan Kajian Islam Transdisipliner Dunia Tahun 2045
  1.  
 
  1. Local Wisdom
Teluk Kendari pertama kali ditemukan pedagang Portugis yang tidak tersebutkan namanya. Namun ketika datang seorang berkebangsaan Belanda bernama Jacques Nicholas Vosmaer tahun 1832 sangat tertarik dengan kemolekan Teluk Kendari, hingga dengan otoritas yang dimiliki, kemudian diberinya nama dengan “Vosmaer Baai”. Terminologi “Teluk Ilmu" terinspirasi dengan keberadaan Teluk Kendari ini yang eksotik bila dipandang dari pegunungan di berbagai sisi, bagaikan Oase yang berada di gurun pasir dan terik yang hendak menghilangkan dahaga setiap orang yang menikmatinya. Sementara, Teluk Kendari seolah menjadi telaga besar yang hendak diarungi setiap orang dengan menggunakan kendaraan laut. Pun Demikian dengan “Teluk Ilmu” menjadi metafora bahwa UIN Kendari laiknya sebagai telaga besar keilmuan yang menyajikan transdisipliner yang mencakup seluruh disiplin dari rumpun, pohon, cabang, dan ranting keilmuan untuk diliterasi dan dikembangkan oleh volunteer-nya.
 
C. SINONIM TELUK ILMU
Terminologi “Teluk Ilmu” ini banyak yang bersinonim dengannya, antara lain dalam bahasa Arab, Teluk Ilmu identik dengan “Pulau Ilmu” yang diterjemahkan sebagai Syira’ al-Ulum. Pada mufradat lain ditemukan adanya Khaliyjul Ulum  yang bermakna “Teluk Ilmu” pula. Pada bahasa Inggris, Teluk Ilmu disebut sebagai The Bay of Knowledge” atau The Gulf of Knowledge”. Bila dikombain terminologi Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, maka Bay (Inggris) sama dengan  Syira’  (Arab), sedangkan Gulf (Inggris) sama dengan Khalij (Arab). Dalam bahasa Latin, Teluk Ilmu dinamakan “Scientia Sinus”, sedangkan dalam bahasa Belanda, Teluk Ilmu dinamakan “Wetenschap Baai”. Pada bahasa Spanyol, Teluk Ilmu disebut “Bahía De La Ciencia” yang nyaris sama dengan bahasa Italia disebut “Baia Della Scienza”, kemudian bahasa Perancis dinamakan “Baie Scientifique”, bahasa Yunani disebut Επιστημονικός Κόλπος (Epistimonikos Kolpos), sedang bahasa Jerman dikenal dengan istilah “Wissenschaftsbucht”, selanjutnya oran Rusia menyebutnya Научный Отсек (Nauchnyy Otsek), Turki dengan istilah “Bilim Körfezi”, sementara Cina menamakannya 科学湾 (Kexue Wan), lalu Jepang dengan サイエンスベイ (Saiensu Bei) dan orang Korea menyebutnya dengan 사이언스 베이(Saieonseu Bei).
 
D. KONSEPSI TELUK ILMU
Teluk adalah lautan yang menjurus ke daratan dan dibatasi oleh daratan pada ketiga sisinya. Teluk identik dengan keluasan, kedalaman, keindahan, keramaian, dan keberkahan. Konsepsi lebih lugas dapat diterangkan berikut ini:
 
1. Teluk identik dengan “Keluasan” bermakna bahwa ilmu itu amat luas dan keluasan kajian dari berbagai disiplin ilmu dari rumpun, pohon, cabang, dan ranting keilmuan tersebut dapat disajikan secara baik oleh para dosen UIN Kendari. Keluasan mengacu pada keluasan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki oleh mahasiswa dan sivitas akademika. Dalam konteks ini, UIN Kendari berusaha mengembangkan ilmu-ilmu keislaman dan umum secara holistik sehingga mampu mencakup berbagai aspek kehidupan.
  1. Kedalaman berkaitan dengan penguasaan ilmu yang mendalam dan komprehensif. Mahasiswa diharapkan tidak hanya mengerti permukaan suatu ilmu, tetapi juga memahami prinsip-prinsip fundamental secara mendalam.
  2.  
  3.  
  4.  
 
Nilai-nilai dasar UIN Kendari yang berkaitan dengan konsep-konsep keluasan, kedalaman, keindahan, keramaian, dan keberkahan dapat dijelaskan melalui filosofi atau prinsip-prinsip yang berakar pada ajaran Islam serta visi misi perguruan tinggi. Nilai-nilai dasar ini merupakan upaya untuk mewujudkan kampus yang tidak hanya berorientasi pada ilmu pengetahuan, tetapi juga pada nilai-nilai spiritual dan etika, sehingga menciptakan lingkungan akademik yang penuh berkah dan manfaat.
 
E.  EPISTEMOLOGI TELUK ILMU
Epistemologi Teluk Ilmu UIN Kendari adalah sebuah konsep yang mencerminkan pendekatan filosofis dalam membangun dan mengembangkan ilmu pengetahuan di UIN Kendari. "Teluk Ilmu" sendiri dapat diartikan sebagai sebuah wadah atau ruang yang luas di mana berbagai cabang ilmu berkumpul dan berkembang dengan integrasi nilai-nilai Islam. Dalam konteks epistemologi, konsep ini berfokus pada bagaimana ilmu pengetahuan dipahami, diperoleh, dan dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip Islam yang holistik. Teluk Ilmu adalah lautan ilmu keislaman transdisipliner yang diinsersikan ke dalam tridarma dengan memuat Rumpun Ilmu Keagamaan, Sosial, Humaniora, Alam, Formal, dan Terapan beserta disiplin ilmu dari rumpun, pohon, cabang, dan ranting keilmuan yang dikembangkan di UIN  Kendari. Diketahui bahwa rumpun ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dikembangkan menjadi pohon, cabang, atau ranting ilmu pengetahuan. Pohon ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi yang berada dalam satu rumpun ilmu pengetahuan dan teknologi. Cabang ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan kelompok ilmu pengetahuan yang berada dalam satu pohon ilmu pengetahuan. Ranting ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan kelompok ilmu pengetahuan yang berada dalam satu cabang ilmu pengetahuan (Permendikbud No. 154 Tahun 2014 Tentang Rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Gelar Lulusan Perguruan Tinggi). Adapun aspek-aspek utama dari Epistemologi Teluk Ilmu UIN Kendari:
 
  1. Integrasi Ilmu Keislaman dan Ilmu Modern
Teluk Ilmu di UIN Kendari berfungsi sebagai model untuk mengintegrasikan ilmu keislaman dengan ilmu modern secara transdisipliner. Dalam hal ini, epistemologi Teluk Ilmu menekankan bahwa segala bentuk pengetahuan, baik yang bersumber dari wahyu maupun hasil pemikiran manusia, memiliki peran penting dalam membangun peradaban yang seimbang antara aspek spiritual dan rasional. Pengetahuan agama dan ilmu umum bukanlah dua hal yang terpisah, tetapi saling melengkapi satu sama lain dalam rangka memahami realitas.
 
2. Landasan Wahyu dan Akal
Epistemologi Teluk Ilmu memadukan wahyu (Alquran dan Hadis) dan akal sebagai dua sumber utama pengetahuan. Wahyu memberikan petunjuk ilahiah yang menjadi pedoman hidup manusia, sementara akal adalah instrumen yang digunakan manusia untuk memahami alam semesta dan hukum-hukum yang ada di dalamnya. Dengan demikian, ilmu yang berkembang di UIN Kendari tidak hanya berdasarkan observasi dan eksperimen, tetapi juga mengacu pada nilai-nilai moral dan spiritual dari wahyu.
 
3. Kontekstualisasi Ilmu
Epistemologi Teluk Ilmu juga mempromosikan kontekstualisasi ilmu, di mana pengetahuan yang dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat lokal dan global, serta tantangan zaman. Dalam hal ini, UIN Kendari berupaya untuk mengembangkan ilmu yang relevan dengan masalah-masalah kontemporer, baik dalam bidang sains, sosial, humaniora, ekonomi, politik, maupun budaya, namun tetap berakar pada prinsip-prinsip Islam.
 
4. Holistik dan Transdisipliner
Pendekatan epistemologi Teluk Ilmu bersifat holistik dan transdisipliner, di mana ilmu tidak dipandang secara fragmentaris, tetapi sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan. Pengetahuan dalam berbagai disiplin dari rumpun, pohon, cabang, dan ranting keilmuan agama, sosial, humaniora, sains, formal, dan terapan dipelajari dalam rangka memahami keteraturan dan keindahan ciptaan Allah, serta untuk menciptakan solusi yang bermanfaat bagi umat manusia.
 
5. Membangun Karakter Ilmuwan Muslim
Salah satu tujuan utama dari Epistemologi Teluk Ilmu di UIN Kendari adalah untuk membentuk ilmuwan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas moral dan spiritual yang kuat. Karakter ini dibentuk melalui pendidikan yang menekankan pentingnya adab, etika, dan tanggung jawab dalam setiap proses pencarian dan penerapan ilmu.
 
  1. Keberkahan dalam Ilmu
Konsep keberkahan juga menjadi bagian penting dalam epistemologi Teluk Ilmu. Ilmu yang diberkahi adalah ilmu yang tidak hanya berguna bagi individu, tetapi juga memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan. Dalam pandangan Islam, keberkahan dalam ilmu dicapai ketika pengetahuan digunakan dengan niat yang benar dan untuk tujuan yang baik.
 
Epistemologi Teluk Ilmu UIN Kendari mencerminkan pendekatan yang konprehensif dan integratif dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Dengan memadukan sumber wahyu dan akal, serta mengutamakan relevansi ilmu bagi kemaslahatan umat, konsep ini berupaya membentuk generasi ilmuwan Muslim yang berilmu, berakhlak, dan bermanfaat bagi masyarakat luas. Melalui Teluk Ilmu, UIN Kendari berkomitmen untuk terus menjadi pusat kajian dan pengembangan ilmu pengetahuan yang transdisipliner dan berpijak pada nilai-nilai Islam yang universal.
 
F. TUJUAN EPISTEMOLOGI “TELUK ILMU UIN KENDARI
1.  Membangun kerangka konseptual keilmuan Islam Transdispliner yang dikembangkan di UIN  Kendari dalam program pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat
2.  Mendeskripsikan model filosofi keilmuan UIN Kendari
3.  Menemukan karakter keilmuan yang diusung UIN Kendari
4.  Menjadi referensi dalam pengembangan integrasi keilmuan berparadigma transdisipliner
 
G. FUNGSI EPISTEMOLOGI “TELUK ILMU UIN KENDARI
Fungsi epistemologi Teluk Ilmu di UIN Kendari adalah sebagai acuan dan pemandu bagi pengembangan ilmu, yang diimplementasikan dalam program pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan ilmu, serta pengabdian kepada masyarakat yang berwawasan intransdisipliner yang memadukan dan mensintesiskan semua aktivitas, baik aktivitas  kurikuler maupun non kurikuler di UIN Kendari. Fungsi epistemologi ilmu di UIN Kendari memiliki peran penting dalam membentuk landasan filosofis pengembangan ilmu pengetahuan yang berdasarkan pada pandangan Islam. Epistemologi sendiri adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang hakikat, asal-usul, batasan, dan validitas pengetahuan. Di UIN Kendari, fungsi epistemologi ilmu dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Menjelaskan Sumber Pengetahuan, yakni epistemologi ilmu di UIN Kendari membantu menjelaskan bahwa pengetahuan tidak hanya bersumber dari akal (rasionalisme) atau pengalaman inderawi (empirisme), tetapi juga dari wahyu (Alquran dan Hadis). Integrasi antara sumber-sumber pengetahuan ini penting dalam membentuk paradigma ilmu yang sesuai dengan ajaran Islam.
2.  Menentukan Validitas Pengetahuan, yaitu bahwa fungsi epistemologi di UIN Kendari berperan dalam menentukan validitas dan kebenaran suatu pengetahuan dengan menggunakan kerangka keilmuan yang Islami. Kebenaran pengetahuan tidak hanya diukur dari logika atau empiris, tetapi juga dari kesesuaiannya dengan nilai-nilai Islam.
3.  Mengintegrasikan Ilmu Keislaman dan Ilmu Konvensional multi varian, yakni bahwa salah satu fungsi utama epistemologi ilmu di UIN Kendari adalah menyatukan ilmu keislaman dengan ilmu umum. Melalui integrasi ilmu ini, UIN Kendari berupaya membangun pemahaman ilmu yang tidak memisahkan di antara rumpun, bidang, cabang, dan ranting keilmuan, melainkan menjadikan keseluruhannya saling melengkapi.
4.  Mengarahkan Pengembangan Ilmu Pengetahuan, yaitu bahwa epistemologi ilmu berfungsi sebagai landasan untuk mengarahkan pengembangan ilmu pengetahuan di UIN Kendari. Ilmu yang dikembangkan harus berorientasi pada kemaslahatan umat, sesuai dengan etika Islam, dan memberikan manfaat bagi kemajuan peradaban manusia.
5.  Membentuk Karakter Ilmuwan Muslim, yakni bahwa dengan pendekatan epistemologis yang Islami, UIN Kendari berupaya membentuk karakter ilmuwan Muslim yang tidak hanya ahli dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki integritas moral dan spiritual. Epistemologi ini mengarahkan mahasiswa untuk memahami bahwa ilmu harus digunakan untuk kebaikan dan diiringi dengan tanggung jawab sosial.
6.  Menghadirkan Keseimbangan antara Akal dan Wahyu, yaitu bahwa epistemologi ilmu di UIN Kendari menekankan pentingnya keseimbangan antara akal dan wahyu dalam mencari kebenaran. Ilmu pengetahuan tidak hanya digali melalui rasionalitas manusia, tetapi juga melalui pedoman wahyu yang menuntun manusia pada kebenaran sejati.
Dengan demikian, epistemologi ilmu di UIN Kendari tidak hanya berfungsi sebagai dasar teoritis untuk memahami dan mengembangkan ilmu, tetapi juga sebagai panduan praktis dalam membentuk cara berpikir, metode ilmiah, dan orientasi keilmuan yang berbasis pada ajaran Islam.
H.        KOMPONEN TELUK
Teluk sebagai bagian dari lautan besar memiliki beberapa komponen utama, termasuk Teluk Kendari yang berada di Tengah Kota Kendari. Berikut ini akan diterangkan beberapa komponen Teluk sebagai acuan filosofi Teluk Ilmu, yakni:
 
1. Penghubung Pulau/Daratan/Pantai
Fasilitas yang menghubungkan antara wilayah Kandai dan Lapulu Kota Kendari adalah Jembatan Bahteramas. Jembatan Bahteramas dibangun pada masa pemerintahan Nur Alam selaku Gubernur Sulawesi Tenggara (2008-2018) dan diresmikan pada masa pemerintahan Gubernur Ali Mazi (2019-2024). Jembatan ini menyimbolkan relasi keilmuan yang saling terhubung antara satu dengan yang lain, baik dalam konteks antardisiplin, multidisiplin, interdisiplin, maupun dalam konteks transdisiplin. Jadi posisi jembatan merupakan simbol penyatuan ilmu dengan berbagai variannya, sehingga muncul transdisipliner, yakni “menjembatani” atau mensintesiskan lebih dari dua disiplin ilmu dari rumpun ilmu yang berbeda dan pada akhirnya nanti akan terbentuk satu disiplin ilmu baru.
 
2. Air Laut
Di tengah teluk pulau/daratan terdapat air laut yang merupakan simbol ilmu pengetahuan dan kecerdasan. Teluk Kendari memiliki air laut biru yang melambangkan kedalaman pengetahuan. Pengkajian terhadap lautan ilmu pengetahuan tidak akan pernah kering dan selalu akan merasakan kehausan laksana air laut yang manakala diminum tidak akan pernah menghilangkan rasa dahaga manusia.
 
3.  Teluk Sebagai Tempat Mencari Ikan
Laut merupakan sumber kehidupan bagi nelayan. Ikan yang ditangkap akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan masa depan mereka. Jadi “ikan” disimbolkan seperti buah dari ilmu pengetahuan. Para lulusan bagaikan nelayan yang setelah menimba air laut pengetahuan akan dimanfaatkan untuk mendapatkan profesi yang menghasilkan “pendapatan” layaknya “ikan” yang dipancing dari Teluk Kendari.
 
4.  Tempat Berlabuh
Tempat berlabuh dinamakan pelabuhan yang mengandung arti bahwa pelabuhan adalah simbol tempat berlabuhnya para pencari ilmu atau pengembara ilmu. Di sinilah awal mula untuk meniti melangkah dalam rangka menjemput dan menghadirkan masa depan dalam kondisi kekinian dan kedisinian. UIN Kendari layaknya pelabuhan yang dijadikan sebagai tempat bersandar untuk menitipkan harapan mengenai masa depan mahasiswa.
 
5.  Tempat “Sesuatu” yang Berlabuh
UIN Kendari sebagai pelabuhan para pencari ilmu, tentu ada sesuatu yang berlabuh di sana, yaitu kapal laut. Kapal laut merupakan simbol fakultas dan program studi yang berlabuh pada pelabuhan besar yang bernama UIN Kendari. Sementara dosen dan mahasiswa juga menjadi bagian dari kapal laut yang berlabuh di fakultas dan program studi.
 
6. Sebagai Tempat Wisata
Laut yang indah selalu dijadikan objek wisata alam yang sangat menarik. Para turis domestik dan mancanegara selalu mencari lautan sebagai tempat berwisata. Tepi pantai merupakan tempat yang strategis untuk berjemur diri, bersenda gurau, berolahraga, dan menikmati sunset. Teluk sebagai tempat wisata merupakan simbol estetika yang menarikan bagi mahasiswa menggali dan mengembangkan potensi diri, berinteraksi secara akademik dengan dosen dan sesama mahasiswa, mengolah raga, rasa, dan rasio, serta menatap masa depan yang lebih cerah.
 
 
 
7.  Masjid di Tengah Teluk
Khusus di Kota Kendari, terdapat masjid Al-Alam yang berdiri megah di tengah Teluk Kendari. Masjid merupakan simbol UIN Kendari sebagai basis ilmu agama yang diajarkan dan dikembangkan kepada mahasiswa dan umat, sekaligus simbol religiusitas masyarakat Kota Kendari.
 
8. Kota Lama Kendari
Kota Lama Kendari berpusat di Kelurahan Kandai. Kota yang pertama kali dibangun seorang berkebangsaan Belanda bernama Jacques Nicholas Vosmaer. Ia sangat tertarik dengan sebuah teluk yang indah kala itu, lalu memberinya nama “Vosmaer Baai” atau dikenal dengan istilah Teluk Vosmaer. Di belakang hari, Teluk Vosmaer diubah istilahnya menjadi Teluk Kendari. Untuk melengkapi ketertarikannya pada Kota Kendari yang mungil ini, Jacques Nicholas Vosmaer membangun pelabuhan, rumah peristirahatan, dan Istana Raja Tebau tahun 1832. Pembangunan yang dilakukan J.N. Vosmaer tersebut menjadi embrio lahirnya Kota Kendari atau yang kini biasa disebut Kota Lama. Kota ini berkembang menjadi kota dagang. Para pedagang yang menjajakan barangnya di Kota Lama didominasi oleh saudagar Bugis dan Tionghoa. Lalu lintas barang di Kota Kendari sangat lancar dan masih nampak hingga kini. Aktivitas dagang berlangsung di pertokoan model rumah. Kota Lama telah dihuni dari generasi ke generasi, bahkan ada sampai 5 (lima) generasi. Indikator yang menunjukan bahwa Kota Lama merupakan kota pertama kali dibuka adanya adanya istana Raja Tebau yang dialihfungsikan menjadi Rumah Dinas Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara. Kota Lama adalah Kota yang memiliki nilai sejarah bagi masyarakat Kota Kendari. Kota Lama atau Kota tua merupakan kota bersejarah yang harus dilestarikan. Kota Lama Kendari merupakan simbol sejarah dan melambangkan kemakmuran, ketinggian peradaban, dan simbol keragaman budaya, suku, bahasa, dan agama. Warga yang berdomisili di Kota Lama sangat majemuk, mulai dari orang Belanda, Arab, Tionghoa, Tolaki, Muna, Buton, Bugis, Makassar, dan Bajo. Hal ini bermakna bahwa keberadaan UIN Kendari adalah untuk melestarikan sejarah, memelihara kerukunan umat beragama, dan membangun budaya yang inklusif di era disrupsi.
 
I. TAGLINE DAN CORE VALUE UIN  KENDARI
Tagline merupakan slogan atau frasa yang dibuat dalam bentuk verbal yang mengungkapkan betapa pentingnya keberadaan UIN  Kendari. Sedangkan Core Value UIN  Kendari adalah hal-hal yang secara konsekuensi dihargai, dijunjung tinggi, dijalankan, dan merupakan jiwa dari Civitas Akademika UIN  Kendari. Adapun Tagline dan Core Value UIN Kendari adalah “MODERAT, VISIONER, dan BEREPUTASI”.
 
1. MODERAT
“Moderat” sebagai tagline UIN Kendari merujuk pada semangat dan prinsip keberagaman, keseimbangan, serta sikap tengah dalam menjalani kehidupan beragama dan sosial. Moderat dalam konteks ini, mengajak civitas akademika untuk bersikap inklusif, menghargai perbedaan, dan menghindari ekstremisme baik dalam berpikir maupun bertindak. UIN Kendari sebagai lembaga pendidikan Islam berperan dalam mendidik generasi yang tidak hanya memiliki pemahaman mendalam tentang agama, tetapi juga mampu hidup harmonis dalam keberagaman, menghormati perbedaan, serta berkontribusi bagi kemajuan masyarakat yang damai dan adil. Moderasi juga diharapkan dapat menjadi pondasi dalam mewujudkan kampus yang berkarakter terbuka, toleran, dan relevan dengan tantangan zaman. Secara garis besar, moderasi ini sejalan dengan visi UIN Kendari dalam membentuk lulusan yang berakhlak, kompeten, dan siap berperan dalam membangun masyarakat plural dan inklusif.
 
  1.  
"Visioner" sebagai tagline UIN Kendari menekankan pentingnya berpikir ke depan, berinovasi, dan beradaptasi dengan perubahan zaman. Tagline ini mencerminkan komitmen UIN Kendari untuk tidak hanya menjadi lembaga pendidikan yang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga menjadi pelopor dalam menciptakan solusi dan gagasan yang relevan dengan tantangan masa depan. Dengan mengusung tagline "visioner," UIN Kendari menegaskan pentingnya memiliki visi jangka panjang dalam mendidik mahasiswa yang mampu berkontribusi positif di tengah masyarakat global yang dinamis. Mahasiswa diharapkan mampu berpikir kritis, kreatif, dan inovatif, serta mengedepankan nilai-nilai Islam yang moderat dan inklusif dalam menghadapi isu-isu kontemporer. Tagline ini juga mencerminkan tujuan UIN Kendari untuk menjadi pusat kajian akademis dan riset yang memberikan dampak nyata bagi pembangunan masyarakat, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional.
 
3. BEREPUTASI
"Bereputasi" sebagai tagline UIN Kendari menekankan pentingnya menjaga dan meningkatkan kualitas serta integritas institusi dalam berbagai aspek, baik akademis, moral, maupun sosial. Tagline ini menggambarkan komitmen UIN Kendari untuk menjadi lembaga pendidikan tinggi yang diakui secara luas, baik di tingkat nasional maupun internasional, karena prestasi, kualitas pendidikan, dan kontribusinya terhadap masyarakat. Tagline "bereputasi" mengandung makna bahwa UIN Kendari berusaha menjadi contoh teladan dalam:
a. Kualitas Akademik: UIN Kendari menyediakan pendidikan yang berkualitas tinggi, relevan, dan sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga menghasilkan lulusan yang kompeten dan mampu bersaing di dunia kerja.
  1.  
  2.  
  3.  
Dengan tagline "bereputasi," UIN Kendari ingin membangun citra sebagai kampus yang tidak hanya diakui karena prestasinya, tetapi juga karena kontribusi positifnya dalam pembangunan karakter dan masyarakat yang beradab.
 
J. KAJIAN ISLAM TRANSDISIPLINER DALAM TELUK ILMU
Sebagai bentuk permafhuman bahwa untuk melakukan kajian Islam secara transdisipliner dalam bingkai Teluk Ilmu, maka berikut diberikan patokan mengenai maksud dari pada kajian tersebut.
1. Teluk dimaksudkan adalah lautan yang mengarah ke daratan dan dibatasi oleh daratan pada ketiga sisinya. Teluk sebagai sumber kehidupan, memberikan harapan hidup kepada nelayan, nakhoda, atau orang yang menggantungkan hidupnya pada laut untuk menghasilkan pendapatan guna memenuhi kebutuhan keluarga.
2.  Teluk Ilmu merupakan lautan ilmu yang mencakup ilmu-ilmu agama, sosial, humaniora, alam, formal, dan terapan yang diimplementasikan ke dalam pendidikan dan pembelajaran, penelitian dan pengembangan keilmuan, serta pengabdian kepada masyarakat yang berpusat di UIN  Kendari. Dari sekian banyak rumpun, disiplin, bidang, cabang, dan ranting ilmu semua mendapatkan peluang yang sama untuk dikaji dan dikembangkan oleh entitas UIN Kendari, baik dosen, peneliti, mahasiswa, bahkan oleh tanaga kependidikan yang memiliki pemahaman dan wawasan yang luas tentang kajian Islam transdisipliner. Meskipun dalam kajian ini melibatkan rumpun, pohon, cabang, dan ranting ilmu yang berbeda-beda, namun tetap yang menjadi tumpuan utamanya adalah ilmu keagamaan mengingat lembaga kita adalah lembaga pendidikan tinggi Islam.
3.  Teluk Ilmu Transdisipliner dimaksudkan sebagai  lautan ilmu yang mencakup ilmu-ilmu agama, sosial, humaniora, alam, formal, dan terapan yang dikaji secara transdisipliner dan diimplementasikan ke dalam pendidikan dan pembelajaran, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, serta pengabdian kepada masyarakat yang berpusat di UIN  Kendari. Jadi lautan ilmu ini akan diarungi oleh dosen dan mahasiswa yang diwujudkan dalam pembelajaran di ruang-ruang kelas, dijadikan sebagai rujukan teori dalam penelitian, serta diimplementasikan hasil kajian dan penelitian itu ke masyarakat.
4.  Kajian Islam Transdispliner adalah pengkajian terhadap berbagai ilmu dengan menggunakan disiplin, bidang, cabang, dan ranting keilmuan yang berbeda, namun berada dalam rumpun keilmuan yang berbeda pula. Dipahami bersama bahwa level tertinggi dalam hirarki keilmuan adalah rumpun ilmu, yang mana di dalamnya terdapat banyak cabang dan ranting keilmuan. Jadi kajian transdisipliner tetap melibatkan banyak ilmu, namun akan dikanalisasi minimal 3 disiplin (--pohon, cabang, dan ranting) ilmu yang berbeda dan dari 3 disiplin (--pohon, cabang, dan ranting) ilmu, haruslah berasal dari rumpun yang berbeda pula.
5.  Rumpun ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dikembangkan menjadi pohon, cabang, atau ranting ilmu pengetahuan. Pohon ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi yang berada dalam satu rumpun ilmu pengetahuan dan teknologi. Cabang ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan kelompok ilmu pengetahuan yang berada dalam satu pohon ilmu pengetahuan. Ranting ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan kelompok ilmu pengetahuan yang berada dalam satu cabang ilmu pengetahuan (Permendikbud No. 154 Tahun 2014 Tentang Rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Gelar Lulusan Perguruan Tinggi)
 
Gambar Hirarki Keilmuan
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

K. PROSES PENGGALIAN KEARIFAN LOKAL
Dalam menyusun filosofi keilmuan Teluk Ilmu, UIN Kendari menjalani proses penggalian terhadap sejumlah kearifan lokal yang ada di Sulawesi Tenggara dengan menggunakan kronologis pendekatan, yakni:
1. Pendekatan Input, yakni berkaitan dengan masukan-masukan bersifat kearifan lokal yang berasal dari masyarakat dan stakeholder atau bahan-bahan rujukan sejarah, adat, dan budaya
2.  Pendekatan Proses, yaitu UIN Kendari mengidentifikasi pemikiran, gagasan dan ide tokoh masyarakat Sulawesi Tenggara tentang perilaku, persepsi dan sikap masyarakat ketika berinteraksi-sosial antar masyarakat
3.  Pendekatan Hasil, yaitu UIN Kendari mengidentifikasi bentuk-bentuk kearifan lokal yang selama ini telah ada dan dilestarikan oleh masyarakat Sulawesi Tenggara dari generasi ke generasi
 
Proses penggalian kearifan lokal dengan menggunakan pendekatan input, proses, dan hasil dapat dijelaskan sebagai berikut:
 
  1. Input (Masukan): Pada tahap ini, berbagai faktor dan sumber daya yang berhubungan dengan kearifan lokal dikumpulkan sebagai bahan dasar untuk menggali nilai-nilai tersebut. Beberapa aspek input yang diperlukan meliputi:
  1. Sumber Daya Manusia: Para peneliti, tokoh masyarakat, sesepuh, atau orang-orang yang memahami kearifan lokal.
  2. Data dan Informasi: Tradisi lisan, naskah kuno, adat istiadat, bahasa, mitos, kepercayaan, karya seni, dan budaya lokal yang masih ada.
  3. Dokumentasi: Foto, video, dan tulisan yang merekam aktivitas budaya, adat, serta kegiatan masyarakat yang mencerminkan kearifan lokal.
  4. Lingkungan Sosial dan Alam: Konteks sosial budaya dan lingkungan alam di mana kearifan lokal tersebut berkembang, seperti pertanian tradisional, pengelolaan hutan, dan lainnya.
 
2. Proses: proses penggalian merupakan tahapan di mana kearifan lokal tersebut dianalisis, dipahami, dan disintesis untuk diaplikasikan pada konteks masa kini. Langkah-langkah dalam proses ini mencakup:
  1. Pengumpulan Data: Melakukan wawancara, observasi, serta partisipasi langsung dalam kegiatan budaya untuk menggali lebih dalam nilai-nilai kearifan lokal.
  2. Analisis Nilai: Meneliti makna dan relevansi nilai-nilai lokal terhadap kehidupan masyarakat, baik dari aspek sosial, lingkungan, maupun ekonomi.
  3. Klasifikasi dan Pemaknaan: Mengelompokkan kearifan lokal berdasarkan bidang tertentu, seperti pengelolaan lingkungan, pendidikan, kesehatan, dll., serta memberikan interpretasi terhadap nilai-nilai tersebut.
  4. Kontekstualisasi: Menyesuaikan kearifan lokal dengan konteks modern, tanpa menghilangkan esensinya. Misalnya, cara-cara tradisional pengelolaan sumber daya alam yang bisa diterapkan pada era sekarang dengan teknologi modern.
 
3. Hasil: Tahap akhir ini berupa keluaran atau dampak dari penggalian kearifan lokal yang dapat dilihat dari beberapa aspek:
  1. Dokumentasi Kearifan Lokal: Terdapatnya catatan yang jelas tentang nilai-nilai dan praktik kearifan lokal yang dapat diwariskan ke generasi selanjutnya.
  2. Penerapan Praktik: Kearifan lokal yang relevan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam pengelolaan lingkungan, pendidikan, atau kesehatan masyarakat.
  3. Penguatan Identitas Budaya: Masyarakat menjadi lebih sadar dan bangga akan identitas budaya mereka yang unik, sehingga dapat memperkuat keberagaman budaya dan memperkuat kohesi sosial.
  4. Kontribusi Terhadap Pembangunan Berkelanjutan: Kearifan lokal yang berhasil diterapkan bisa memberikan kontribusi pada pembangunan yang berkelanjutan, seperti dalam bidang pertanian organik, pengelolaan hutan, dan sistem pengobatan tradisional.
 
L.  ASPEK KAJIAN ISLAM TRANSDISIPLINER DALAM “TELUK ILMU”
Kajian Islam transdisipliner dalam bingkai Teluk Ilmu, tertuju pada beberapa aspek di antaranya aspek keagamaan, historis, psikologis, sosiologis, dan struktur kemasyarakatan yang dijelaskan sebagai berikut:
Gambar Aspek Kajian Islam Transdisipliner dalam Teluk Ilmu

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
1. Aspek Keagamaan
Aspek keagamaan dalam kajian Islam transdisipliner di UIN Kendari mencakup integrasi antara ilmu-ilmu keislaman dengan berbagai disiplin ilmu kontemporer. Pendekatan transdisipliner berusaha melampaui batas-batas disiplin ilmu tertentu dan menghubungkan berbagai cabang ilmu dalam rangka memperkaya pemahaman, termasuk dalam konteks agama Islam. Di UIN Kendari, ini berpotensi tercermin dalam beberapa aspek berikut:
 
a. Integrasi Ilmu Agama dengan Ilmu Alam dan Sosial
Dalam kajian Islam transdisipliner, ilmu keislaman tidak dipisahkan dari ilmu alam, sosial, atau humaniora. Beberapa contoh integrasi ini meliputi:
  1. Studi Lingkungan Berbasis Islam: Islam sebagai agama yang mengajarkan etika lingkungan dapat diintegrasikan dengan studi ekologi atau ilmu lingkungan. Prinsip-prinsip Islam tentang pemeliharaan alam dan keberlanjutan diterapkan dalam kajian pengelolaan sumber daya alam.
  2. Ekonomi Islam dan Pembangunan Sosial: Pendekatan transdisipliner mengkaji ekonomi Islam dalam konteks global dan lokal, serta menghubungkannya dengan teori-teori pembangunan ekonomi, baik dalam sistem kapitalis maupun sosialis. Ini dapat mencakup perbankan syariah, keadilan sosial, hingga pengentasan kemiskinan.
  3. Kesehatan dan Pengobatan Tradisional Islam: Menggabungkan pengetahuan medis modern dengan prinsip-prinsip pengobatan dalam Islam, seperti thibbun nabawi (pengobatan Nabi), dapat memberikan perspektif baru dalam bidang kesehatan masyarakat.
 
  1. Pendekatan Holistik dalam Pendidikan Islam
Pendidikan di UIN Kendari dan perguruan tinggi Islam lainnya yang mengusung pendekatan transdisipliner bertujuan untuk mengembangkan peserta didik dengan pemahaman yang utuh tentang Islam dan dunia kontemporer. Beberapa aspek penting dari pendekatan ini:
  1. Filsafat Ilmu dalam Islam: Mengkaji hubungan antara filsafat ilmu pengetahuan dengan teologi Islam untuk memperkuat landasan berpikir kritis dan rasional dalam memahami tantangan zaman modern.
  2. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Islam: Pengembangan kepribadian yang berlandaskan nilai-nilai Islam, yang disinergikan dengan teori-teori pendidikan modern, menghasilkan generasi yang memiliki moralitas tinggi sekaligus kemampuan intelektual yang luas.
  
c. Kajian Sosial-Budaya dalam Konteks Lokal
Kajian Islam transdisipliner juga menghubungkan aspek keagamaan dengan konteks sosial budaya masyarakat setempat, termasuk masyarakat di wilayah Sulawesi Tenggara, seperti:
  1. Kajian Kearifan Lokal dan Islam: Menggali hubungan antara tradisi lokal di Sulawesi Tenggara dan nilai-nilai Islam. Misalnya, kajian tentang bagaimana ajaran Islam diintegrasikan ke dalam adat istiadat dan budaya lokal, serta bagaimana hal itu membentuk identitas keagamaan masyarakat.
  2. Kajian Gender dalam Islam: Menganalisis posisi perempuan dalam Islam dengan pendekatan transdisipliner yang mempertimbangkan perspektif sosiologis, antropologis, serta teologis. Hal ini bisa terkait dengan peran perempuan dalam masyarakat Sulawesi Tenggara yang mayoritas Muslim.
 
d. Pengembangan Islam sebagai Ilmu Terapan
Pendekatan transdisipliner di UIN Kendari memungkinkan ajaran Islam menjadi dasar dari ilmu-ilmu terapan. Misalnya:
  1. Teknologi Berbasis Etika Islam: Pengembangan teknologi yang sesuai dengan prinsip etika Islam, seperti kejujuran, keberlanjutan, dan keadilan.
  2. Hukum Islam dalam Konteks Globalisasi: Memperluas kajian hukum Islam (fiqh) dengan mempertimbangkan tantangan dan dinamika hukum global. Ini termasuk pengembangan fatwa yang relevan dengan isu-isu modern, seperti teknologi finansial, internet, dan bioetika.
e. Pengembangan Pemikiran Islam yang Dinamis
Aspek keagamaan dalam kajian transdisipliner juga mencakup pengembangan pemikiran Islam yang responsif terhadap perubahan zaman. Ini melibatkan:
  1. Pengkajian Tafsir dan Hadis dengan Pendekatan Modern: Penafsiran ayat-ayat Al-Quran dan hadis menggunakan metode hermeneutika, sosiologi, dan antropologi modern untuk memahami relevansi pesan agama dalam konteks kekinian.
  2. Pemikiran Islam Kontemporer: Melibatkan diskusi tentang isu-isu kontemporer, seperti demokrasi, hak asasi manusia, dan pluralisme, serta bagaimana Islam memposisikan diri terhadap berbagai fenomena tersebut.
Dalam kajian Islam transdisipliner di UIN Kendari, aspek keagamaan tidak hanya dibahas dalam kerangka teologi semata, melainkan diintegrasikan dengan berbagai disiplin ilmu lain untuk menghasilkan wawasan yang holistik. Hal ini mendukung terciptanya pemahaman agama yang relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan konteks sosial masyarakat.
 
Unsur penting yang perlu dipahami dalam aspek keagamaan ini, yakni bahwa penduduk Sulawesi Tenggara mayoritas beragama Islam. Pada tahun 2023 jumlah penduduknya sudah mencapai 2.459.994 jiwa. Hampir 90% dari jumlah penduduknya beragama Islam. Di samping itu, di antara umat beragama terdapat cukup banyak faham keagamaan, baik agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Agama terbanyak kedua di Sultra adalah agama Hindu. Sementara itu, pada aspek budaya juga cukup heterogen karena di daerah ini berdiam multikultur dan multietnis, di antaranya Tolaki, Muna, Buton, Moronene sebagai etnik pribumi, dan Jawa, Bugis, Makassar, Toraja, Mandar, Bajo, Minang, Sunda, Batak, dan sebagainya, sehingga daerah ini dikenal sebagai daerah yang terbuka dan toleran. Olehnya itu, tidak mengherankan manakala Sultra dinobatkan sebagai daerah yang tertinggi indeks toleransinya di Indonesia, hingga mencapai 9,7% dari skala 1-10. Pada sisi lain, praktek keagamaannya pun diwarnai oleh nilai-nilai kearifan lokal, bahkan terdapat pengaruh ajaran sufi seperti di Buton dan Muna.
 
Selanjutnya, daerah ini amat menghargai tradisi, sehingga berdiri lembaga-lembaga adat, sara dan struktur kerajaan dan kesultanan, bahkan memiliki falsafah adat tersendiri, misalnya:
  1. Falsafah Adat Tolaki: Inae Konasara Iye Pinesara, Inae Liasara Iye Pinekasara (Siapa yang menghargai adat, maka akan dihormati adat; siapa yang melanggar adat, maka akan dikenai hukum adat)
  2. Falsafah Adat Muna: Hansuru-hansuru badha sumano kono hansuru liwu; hansuru-hansuru liwu sumano kono hansuru adhati; hansuru-hansuru adhati sumano kono hansuru agama (Badan boleh binasa asal jangan kampung binasa; kampung boleh binasa, asal jangan adat binasa; adat boleh binasa asal agama tetap tegak)
  3. Falsafah Adat Buton: Bolimo karo samanamo lipu; bolimo lipu sumanamo sara; bolimo sara samanamo agama (Kampung harus lebih diutamakan dari pada diri sendiri; adat lebih diutamakan dari pada kampung; agama lebih diutamakan dari pada adat)
 
2. Aspek Historis
  1.  
Secara historis, masyarakat Sultra terbentuk dari sejarah dan kebudayaan etnis lokal, yakni Kerajaan Konawe, Kerajaan Muna, Kerajaan Moronene, dan Kesultanan Buton. Masyarakat berasal dari berbagai kepulauan dan Bahasa yakni Daratan Konawe dengan bahasa Tolaki, Pula Muna dengan bahasa Wuna, Pulau Buton dengan bahasa Wolio, Pulau Kabaena menggunakan bahasa Moronene. Aspek historis dalam kajian Islam transdisipliner di UIN Kendari, atau di perguruan tinggi Islam lainnya, berperan penting dalam memahami bagaimana Islam berkembang dan berinteraksi dengan budaya serta sejarah lokal dan global. Pendekatan transdisipliner melibatkan penggabungan disiplin ilmu lain, seperti sejarah, antropologi, dan arkeologi, dengan ilmu-ilmu keislaman untuk mendapatkan pemahaman yang lebih kaya tentang Islam dan masyarakatnya.
b. Studi Sejarah Islam Lokal dan Global
Aspek historis dalam kajian Islam transdisipliner menekankan pentingnya memahami perkembangan Islam dalam konteks lokal di Sulawesi Tenggara dan konteks global yang lebih luas. Beberapa aspek yang diteliti meliputi:
  1. Islamisasi di Sulawesi Tenggara: Sejarah masuk dan berkembangnya Islam di wilayah Sulawesi Tenggara menjadi salah satu fokus kajian. Kajian ini melibatkan penggalian sejarah interaksi antara Islam dan budaya lokal, termasuk proses Islamisasi di kerajaan-kerajaan lokal, seperti Kesultanan Buton dan kerajaan-kerajaan lain di wilayah tersebut.
  2. Peran Ulama Lokal: Mengkaji sejarah para ulama dan tokoh agama yang berperan penting dalam penyebaran dan perkembangan Islam di wilayah tersebut. Ini juga melibatkan analisis tentang bagaimana ulama-ulama ini mempengaruhi kehidupan sosial, politik, dan budaya masyarakat setempat.
  3. Hubungan dengan Dunia Islam Global: Kajian tentang bagaimana hubungan antara wilayah Sulawesi Tenggara dengan dunia Islam lebih luas, seperti hubungan dengan Timur Tengah, Malaka, dan Nusantara, menjadi bagian penting dari studi ini. Hal ini bisa meliputi interaksi perdagangan, pendidikan, dan jaringan ulama internasional.
 
c. Interaksi Islam dengan Kearifan Lokal
Dalam konteks historis, Islam di berbagai wilayah Nusantara, termasuk Sulawesi Tenggara, sering kali berinteraksi dengan tradisi lokal. Kajian transdisipliner akan menelaah bagaimana nilai-nilai Islam berdampingan dan berasimilasi dengan kearifan lokal. Beberapa contoh interaksi historis ini adalah:
  1. Adat dan Syariat: Bagaimana hukum adat yang telah ada sebelumnya berinteraksi dengan hukum syariat Islam, serta bagaimana kompromi dan sinkretisme budaya terjadi dalam kehidupan masyarakat. Dalam sejarah, Islam sering kali menyerap unsur-unsur adat dan budaya lokal, menjadikannya bagian integral dari praktik keagamaan.
  2. Upacara dan Ritual Tradisional: Mengkaji evolusi berbagai ritual tradisional dalam masyarakat Sulawesi Tenggara yang kemudian diselaraskan dengan nilai-nilai Islam. Contoh ritual yang mungkin diadaptasi ke dalam tradisi Islam adalah ritus peralihan seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian.
 
d. Kajian Sejarah Pemikiran Islam
Kajian historis dalam Islam transdisipliner juga mencakup analisis terhadap perkembangan pemikiran Islam sepanjang sejarah. Di UIN Kendari, ini dapat mencakup:
  1. Perkembangan Mazhab dan Pemikiran Teologi: Memahami bagaimana mazhab-mazhab fikih dan pemikiran teologis berkembang di Nusantara, serta bagaimana mereka dipengaruhi oleh konteks sosial-politik pada masa lalu. Hal ini penting untuk memahami bagaimana interpretasi ajaran Islam dapat berubah dan berkembang seiring waktu.
  2. Reformasi Islam: Kajian tentang gerakan pembaruan Islam di Indonesia, termasuk peran ulama lokal dalam mendorong reformasi keagamaan, menjadi penting dalam memahami dinamika pemikiran Islam di Sulawesi Tenggara. Kajian ini juga bisa menghubungkan aspek-aspek historis dengan perkembangan sosial-politik yang terjadi di wilayah tersebut.
 
  1. Perkembangan Lembaga Keislaman
Aspek historis juga mencakup studi tentang lembaga-lembaga Islam yang berkembang di masa lalu, seperti:
  1. Pendidikan Pesantren dan Madrasah: Sejarah pesantren dan madrasah sebagai pusat pendidikan Islam di Sulawesi Tenggara menjadi bagian penting dari kajian ini. Bagaimana sistem pendidikan tradisional Islam ini berkembang, beradaptasi, dan berkontribusi pada penyebaran ilmu dan pembentukan karakter masyarakat
  2. Lembaga Sosial dan Politik Islam: Mengkaji sejarah peran lembaga Islam dalam kehidupan sosial dan politik lokal, seperti peran masjid sebagai pusat kehidupan masyarakat, serta keterlibatan ulama dan tokoh Islam dalam pemerintahan lokal.
f. Penelusuran Arkeologis dan Antropologis
Kajian Islam transdisipliner juga dapat memanfaatkan metode arkeologi dan antropologi untuk mengungkap jejak historis Islam di Sulawesi Tenggara. Ini bisa mencakup:
  1. Penemuan Situs-Situs Sejarah Islam: Menggali artefak, manuskrip kuno, dan situs-situs sejarah Islam di wilayah Sulawesi Tenggara yang dapat memberikan gambaran lebih jelas tentang penyebaran Islam di masa lampau. Misalnya, masjid-masjid kuno, makam ulama, atau peninggalan arkeologis lainnya.
  2. Kajian Tradisi Lisan: Mengumpulkan dan menganalisis cerita rakyat, mitos, dan tradisi lisan yang menyimpan jejak sejarah penyebaran Islam di masyarakat lokal.
 
g. Pelajaran dari Sejarah untuk Masa Kini
Aspek historis dalam kajian Islam transdisipliner juga bertujuan untuk mengambil pelajaran dari sejarah yang dapat diterapkan dalam konteks saat ini. Misalnya:
  1. Pembelajaran dari Keberhasilan dan Kegagalan Sejarah: Bagaimana masyarakat Muslim di masa lalu berhasil menjaga keberagaman dan toleransi, serta bagaimana mereka menghadapi tantangan politik dan sosial. Ini bisa menjadi pelajaran bagi pembangunan masyarakat Muslim modern.
  2. Revitalisasi Tradisi Positif: Kajian sejarah bisa digunakan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai positif dari kearifan lokal yang sudah dipengaruhi oleh ajaran Islam, seperti nilai gotong royong, keadilan, dan penghargaan terhadap alam.
 
Aspek historis dalam kajian Islam transdisipliner di UIN Kendari berfungsi untuk menghubungkan masa lalu dengan masa kini, memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana Islam berkembang dan berinteraksi dengan konteks sosial-budaya lokal dan global. Dengan memanfaatkan pendekatan transdisipliner, kajian ini tidak hanya terbatas pada ilmu sejarah semata, tetapi juga melibatkan berbagai disiplin ilmu untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif tentang sejarah dan dinamika Islam.
 
3. Aspek Psikologis
Pada aspek psikologis ini menggambarkan bahwa masyarakat Sultra memiliki ketahanan diri sekalipun pada kondisi yang tidak menentu. Struktur fisik dan antibodi pada penyakit juga menjadi karakter tersendiri bagi masyarakat Sultra. Dalam pada itu, masyarakat Sultra pun berpikir dan berperilaku cukup sederhana nama elegan serta memiliki kemandirian dengan identitas diri  dan kepercayaan diri yang sangat tinggi. Mereka berkarakter tegas dalam bertindak dan memiliki suara lantang serta mobilitas yang tinggi. Hal ini terbentuk oleh fenomena laut dan pegunungan. Namun demikian, secara psikologis, orang Sultra tidak merasa terganggu dan bersikap egaliter dengan kehadiran entitas lain dari luar Sultra.
 
Aspek psikologis dalam kajian Islam transdisipliner di UIN Kendari berfokus pada integrasi antara konsep-konsep psikologi modern dan ajaran Islam. Pendekatan ini tidak hanya mempelajari psikologi dari perspektif ilmiah, tetapi juga bagaimana ajaran dan nilai-nilai Islam dapat mempengaruhi, mendukung, dan memperkaya pemahaman tentang kondisi psikologis manusia. Beberapa aspek penting dalam pendekatan ini meliputi:
 
a. Kesehatan Mental dalam Perspektif Islam
Kajian Islam transdisipliner di UIN Kendari dapat menggabungkan studi kesehatan mental modern dengan prinsip-prinsip yang diajarkan dalam Islam. Ajaran Islam mengakui pentingnya kesehatan mental dan emosional dalam kehidupan sehari-hari. Aspek-aspek yang bisa dikaji meliputi:
  1. Konsep Ketenangan Hati (Tuma’ninah): Dalam Islam, ketenangan hati dianggap sebagai salah satu kunci kebahagiaan hidup. Kajian ini bisa melibatkan bagaimana teknik ibadah seperti shalat, dzikir, dan doa bisa memberikan efek terapeutik bagi kesehatan mental.
  2. Gangguan Kesehatan Mental dan Penanganannya dalam Islam: Mengkaji bagaimana Islam memandang gangguan kesehatan mental, seperti kecemasan, depresi, dan stres, serta solusi yang diberikan melalui pendekatan spiritual, seperti tawakkal (berserah diri kepada Allah), kesabaran, dan penerimaan takdir.
  3. Psikoterapi Berbasis Islam: Mengembangkan pendekatan terapi psikologis yang menggunakan ajaran Islam sebagai dasar untuk intervensi psikologis. Ini termasuk teknik konseling yang menggunakan pendekatan spiritual untuk membantu individu yang mengalami krisis psikologis.
 
b. Konstruksi Identitas dan Kepribadian dalam Islam
Psikologi modern banyak membahas pembentukan identitas dan kepribadian. Dalam kajian Islam transdisipliner, hal ini bisa diintegrasikan dengan konsep-konsep Islam tentang fitrah (kodrat manusia), akhlak (moral), dan peran individu dalam masyarakat. Beberapa hal yang bisa dipelajari:
  1. Fitrah dan Kepribadian: Islam mengajarkan bahwa setiap manusia diciptakan dengan fitrah, yaitu kecenderungan alami menuju kebaikan dan keimanan kepada Allah. Kajian ini bisa menggabungkan teori-teori kepribadian modern dengan konsep fitrah dalam Islam, serta bagaimana lingkungan dan pendidikan berperan dalam membentuk karakter seseorang.
  2. Pembentukan Karakter Islami: Pengaruh ajaran Islam dalam membentuk kepribadian individu, terutama melalui pendidikan moral (akhlak). Hal ini melibatkan kajian bagaimana nilai-nilai Islam, seperti kejujuran, kesederhanaan, dan empati, dapat berperan dalam perkembangan kepribadian positif.
 
c. Psikologi Religiusitas dan Spiritualitas
Psikologi religiusitas mempelajari bagaimana keyakinan dan praktik keagamaan mempengaruhi kehidupan psikologis individu. Dalam pendekatan Islam transdisipliner, ini dapat mencakup:
  1. Religiusitas dan Kesejahteraan Psikologis: Kajian ini meneliti hubungan antara praktik keagamaan, seperti ibadah, dan kesejahteraan psikologis individu. Islam mengajarkan bahwa iman dan ibadah dapat menjadi sumber kebahagiaan dan ketenangan jiwa, sehingga aspek-aspek seperti pengaruh shalat, puasa, dan dzikir terhadap kesehatan mental dapat dianalisis.
  2. Spiritualitas dan Krisis Eksistensial: Islam menawarkan jawaban terhadap krisis eksistensial yang sering dialami oleh individu dalam konteks modern. Kajian ini dapat melihat bagaimana ajaran Islam tentang makna hidup, tujuan penciptaan manusia, dan hubungan dengan Tuhan memberikan dukungan psikologis dalam menghadapi tantangan hidup.
 
  1.  
Psikologi sosial mempelajari bagaimana perilaku individu dipengaruhi oleh lingkungan sosial mereka. Dalam konteks Islam transdisipliner, kajian ini melibatkan integrasi antara nilai-nilai Islam dengan teori-teori psikologi sosial, seperti:
  1. Hubungan Sosial dan Etika Islam: Islam mengajarkan hubungan sosial yang didasarkan pada kasih sayang, keadilan, dan solidaritas. Kajian ini dapat mengeksplorasi bagaimana ajaran Islam tentang persaudaraan (ukhuwah), kepedulian sosial (zakat, infak), dan kerja sama (ta’awun) mempengaruhi dinamika hubungan sosial individu dalam masyarakat.
  2. Pengaruh Sosial dalam Pendidikan Islam: Bagaimana lingkungan sosial, seperti keluarga, sekolah, dan masyarakat, berperan dalam pembentukan identitas religius individu. Ini bisa dihubungkan dengan studi tentang bagaimana nilai-nilai agama ditransmisikan melalui proses sosialisasi dalam institusi pendidikan Islam.
  3. Peran Kepemimpinan dan Pengaruh dalam Masyarakat Islam: Kajian ini bisa melibatkan bagaimana teori-teori psikologi tentang kepemimpinan dipadukan dengan ajaran Islam tentang sifat-sifat pemimpin yang ideal, seperti adil, amanah, dan bijaksana.
 
 
e. Kecerdasan Emosional dan Spiritualitas Islam
Dalam Islam, keseimbangan emosi merupakan hal penting. Islam memberikan panduan untuk menjaga emosi yang stabil melalui ajaran spiritual. Dalam pendekatan transdisipliner, ini bisa dipadukan dengan konsep kecerdasan emosional (emotional intelligence) dari psikologi modern, yang melibatkan kemampuan untuk mengenali, mengendalikan, dan mengekspresikan emosi dengan cara yang sehat.
  1. Kecerdasan Emosional Berbasis Nilai Islam: Kajian ini bisa mencakup bagaimana konsep sabar, syukur, tawadhu (rendah hati), dan qana’ah (menerima) membantu dalam mengelola emosi negatif seperti kemarahan, kecemburuan, dan keserakahan. Kajian ini menghubungkan keterampilan emosional dengan ajaran-ajaran spiritual Islam.
  2. Pengendalian Diri dalam Islam: Islam mengajarkan pentingnya pengendalian diri (mujahadah) dalam menghadapi godaan dan nafsu. Ini bisa dikaji dengan teori psikologis tentang self-control dan bagaimana kemampuan ini berperan dalam mencapai kesejahteraan mental.
 
f. Psikologi Anak dan Pendidikan Islam
Kajian psikologi anak dalam perspektif Islam melibatkan analisis bagaimana ajaran Islam tentang pengasuhan dan pendidikan memengaruhi perkembangan psikologis anak. Beberapa aspek yang bisa dikaji adalah:
  1. Peran Orang Tua dalam Pembentukan Kepribadian Islami: Islam menekankan pentingnya pendidikan anak sejak dini, terutama dalam hal akhlak dan keimanan. Kajian ini bisa melihat bagaimana ajaran Islam tentang pendidikan anak diintegrasikan dengan teori perkembangan psikologis modern.
  2. Psikologi Pendidikan Islam: Mengkaji metode pendidikan Islami yang efektif dalam mendidik anak-anak, seperti metode pendidikan karakter yang menekankan nilai-nilai moral dan spiritual dalam kurikulum pembelajaran.
 
g. Psikologi Krisis dalam Islam
Islam memiliki pendekatan unik terhadap bagaimana seseorang menghadapi krisis, baik itu krisis spiritual, emosional, atau krisis kehidupan lainnya. Dalam kajian transdisipliner, ini bisa dipadukan dengan teori psikologi krisis dan coping mechanisms dalam menghadapi tekanan hidup.
  1. Coping Spiritual dalam Islam: Mengkaji bagaimana ajaran Islam seperti sabar, tawakkal, dan berdoa bisa menjadi mekanisme coping yang kuat dalam menghadapi krisis hidup, seperti kehilangan, penyakit, atau masalah finansial.
  2. Pemulihan Pasca-Krisis dalam Perspektif Islam: Islam menawarkan panduan dalam pemulihan dari trauma atau cobaan, misalnya dengan memperkuat ikatan spiritual, meningkatkan ibadah, dan menjaga hubungan baik dengan sesama.
Aspek psikologis dalam kajian Islam transdisipliner di UIN Kendari berfokus pada pengintegrasian konsep-konsep psikologi modern dengan ajaran Islam, untuk menciptakan pemahaman yang lebih holistik tentang kesehatan mental, perkembangan kepribadian, hubungan sosial, dan spiritualitas. Kajian ini membantu menjembatani ilmu psikologi kontemporer dengan nilai-nilai Islam, memberikan solusi yang relevan dan bermakna untuk tantangan psikologis yang dihadapi individu dan masyarakat di era modern.
 
4. Aspek Sosiologis
 
Secara praksis sosiologis, orang Sultra memiliki mobilitas tinggi, khususnya dalam pengembangan ekonomi dan pertanian. Mereka memiliki tradisi mepokoaso (bersatu), samaturu (gotong royong) atau pokadulu (gotong royong) dan saling membantu antara satu dengan yang lain. Mereka tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan dalam Kebhinekaan.
 
Aspek sosiologis dalam kajian Islam transdisipliner di UIN Kendari menekankan integrasi antara ilmu sosiologi dan ajaran Islam untuk memahami interaksi sosial, perubahan sosial, dan dinamika masyarakat Muslim. Pendekatan ini menghubungkan ajaran agama dengan fenomena sosial modern, seperti perubahan budaya, struktur kekuasaan, dan dinamika hubungan sosial dalam masyarakat. Berikut beberapa aspek utama dari pendekatan sosiologis dalam kajian Islam transdisipliner:
 
a. Hubungan Islam dan Masyarakat
Dalam kajian ini, Islam tidak hanya dipelajari sebagai ajaran agama, tetapi juga sebagai sistem sosial yang berperan penting dalam membentuk tatanan masyarakat. Beberapa kajian yang bisa dilakukan meliputi:
  1. Islam sebagai Sistem Sosial: Mengkaji bagaimana ajaran-ajaran Islam, seperti keadilan sosial, solidaritas, dan musyawarah, mempengaruhi struktur sosial dalam masyarakat Muslim. Prinsip-prinsip ini dapat dilihat dalam konteks pembentukan norma, hukum, dan aturan sosial.
  2. Penerapan Hukum Islam dalam Masyarakat Modern: Kajian ini meneliti bagaimana hukum-hukum syariat diterapkan dalam masyarakat modern, terutama di Indonesia. Hal ini termasuk bagaimana masyarakat Muslim menjalankan aspek-aspek hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari, seperti zakat, perkawinan, dan warisan.
 
b. Perubahan Sosial dan Islam
Kajian Islam transdisipliner dalam sosiologi juga berfokus pada dinamika perubahan sosial dalam masyarakat Muslim. Aspek ini meneliti bagaimana Islam merespons dan memengaruhi perubahan sosial yang terjadi, baik secara internal maupun eksternal. Beberapa hal yang bisa dikaji meliputi:
  1. Modernisasi dan Islam: Kajian ini meneliti bagaimana modernisasi, urbanisasi, dan globalisasi memengaruhi masyarakat Muslim. Dalam hal ini, integrasi antara nilai-nilai tradisional Islam dan tuntutan modernitas menjadi perhatian utama. Kajian ini juga bisa menyoroti bagaimana umat Islam di Sulawesi Tenggara, misalnya, merespons perubahan sosial yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi dan ekonomi.
  2. Gerakan Sosial Islam: Mengkaji peran gerakan sosial Islam dalam mempengaruhi perubahan politik, ekonomi, dan sosial. Contoh gerakan ini bisa berupa gerakan reformasi Islam, gerakan keadilan sosial, atau peran ormas Islam dalam advokasi kebijakan publik.
 
c. Struktur Kekuasaan dan Islam
Pendekatan sosiologis dalam kajian Islam transdisipliner juga memerhatikan hubungan antara agama dan kekuasaan. Islam sering kali terlibat dalam struktur kekuasaan, baik di tingkat lokal maupun nasional. Beberapa aspek yang bisa dikaji meliputi:
  1. Islam dan Politik Lokal: Mengkaji bagaimana Islam berperan dalam politik lokal di Sulawesi Tenggara, seperti keterlibatan ulama atau tokoh agama dalam proses politik, serta pengaruh nilai-nilai Islam dalam pengambilan keputusan di tingkat pemerintahan.
  2. Kepemimpinan dalam Islam: Pendekatan ini meneliti konsep kepemimpinan dalam Islam dan bagaimana nilai-nilai keagamaan diterapkan dalam kepemimpinan politik dan sosial. Konsep seperti keadilan, amanah (kepercayaan), dan musyawarah (konsultasi) menjadi landasan dalam kajian ini.
 
d. Islam dan Keadilan Sosial
Kajian Islam transdisipliner dalam sosiologi juga mencakup isu-isu keadilan sosial, seperti distribusi kekayaan, hak-hak perempuan, dan kesetaraan gender. Aspek keadilan sosial dalam Islam sangat relevan dalam konteks masyarakat modern yang beragam. Beberapa hal yang bisa dikaji meliputi:
 
  1. Zakat dan Kesejahteraan Sosial: Islam mengajarkan zakat sebagai instrumen keadilan sosial untuk mengurangi kesenjangan ekonomi. Kajian ini meneliti bagaimana praktik zakat di masyarakat Muslim dapat berkontribusi pada pengentasan kemiskinan dan pembangunan kesejahteraan sosial.
  2. Gender dan Keadilan dalam Islam: Mengkaji bagaimana ajaran Islam memandang peran gender dalam masyarakat dan bagaimana hal ini bisa diselaraskan dengan tuntutan kesetaraan gender dalam konteks modern. Ini termasuk peran perempuan dalam keluarga, pendidikan, dan ruang publik.
 
e. Hubungan Antar-Komunitas dalam Masyarakat Muslim
Kajian sosiologis dalam Islam juga berfokus pada interaksi antar-komunitas dalam masyarakat Muslim. Ini mencakup kajian tentang toleransi, pluralisme, dan hubungan antara kelompok-kelompok sosial yang berbeda. Beberapa aspek yang bisa dipelajari meliputi:
  1. Pluralisme dan Toleransi dalam Islam: Mengkaji bagaimana ajaran Islam tentang ukhuwah (persaudaraan) dan toleransi diterapkan dalam masyarakat yang beragam secara etnis dan agama. Di Sulawesi Tenggara, yang memiliki masyarakat plural, pendekatan ini sangat relevan untuk memahami bagaimana Islam mendorong kerukunan antar-agama.
  2. Konflik dan Resolusi dalam Masyarakat Muslim: Kajian ini bisa meneliti bagaimana konflik sosial, baik yang berbasis agama, ekonomi, maupun politik, diatasi melalui pendekatan Islam. Ini bisa mencakup studi tentang peran lembaga-lembaga keagamaan dalam mediasi dan penyelesaian konflik sosial.
 
f. Sosialisasi Nilai-Nilai Islam
Dalam kajian sosiologi Islam, sosialisasi menjadi aspek penting dalam memahami bagaimana nilai-nilai agama ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Beberapa kajian terkait meliputi:
  1. Peran Keluarga dalam Pendidikan Islam: Keluarga sebagai institusi sosial pertama memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai agama. Kajian ini meneliti bagaimana nilai-nilai Islam ditransmisikan melalui proses pendidikan informal dalam keluarga Muslim.
  2. Peran Institusi Pendidikan Islam: Madrasah, pesantren, dan perguruan tinggi Islam, seperti UIN Kendari, juga berperan dalam mensosialisasikan nilai-nilai Islam kepada masyarakat. Kajian ini bisa menyoroti bagaimana lembaga pendidikan Islam membentuk identitas sosial dan religius generasi muda.
 
  1.  
Pendekatan sosiologis juga mengkaji interaksi antara Islam dan budaya lokal. Di Sulawesi Tenggara, terdapat berbagai budaya lokal yang berinteraksi dengan ajaran Islam. Kajian ini bisa meliputi:
  1. Islamisasi Budaya Lokal: Meneliti bagaimana Islam memengaruhi adat dan tradisi lokal, serta bagaimana ajaran agama ini diadopsi dan diselaraskan dengan budaya setempat. Contohnya adalah bagaimana upacara adat, perkawinan, dan sistem kekerabatan di Sulawesi Tenggara dipengaruhi oleh ajaran Islam.
  2. Sinkretisme dan Akulturasi: Mengkaji fenomena sinkretisme, yaitu pencampuran antara elemen-elemen budaya lokal dengan ajaran Islam. Ini bisa dilihat dalam tradisi masyarakat yang tetap mempertahankan unsur-unsur adat sekaligus mengadopsi ajaran Islam.
 
h. Islam dan Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial merujuk pada perubahan posisi individu atau kelompok dalam struktur sosial. Dalam konteks Islam transdisipliner, aspek ini bisa mencakup:
  1. Peran Ekonomi dalam Mobilitas Sosial: Mengkaji bagaimana prinsip-prinsip ekonomi Islam, seperti kewajiban zakat, pelarangan riba, dan ekonomi syariah, dapat berkontribusi pada mobilitas sosial masyarakat Muslim. Ini juga bisa dikaitkan dengan fenomena pengentasan kemiskinan melalui pendekatan ekonomi Islam.
  2. Pendidikan Islam dan Mobilitas Sosial: Pendidikan Islam, baik formal maupun informal, dianggap sebagai alat utama untuk meningkatkan status sosial. Kajian ini bisa meneliti bagaimana pendidikan Islam di UIN Kendari berperan dalam meningkatkan mobilitas sosial mahasiswanya.
Aspek sosiologis dalam kajian Islam transdisipliner di UIN Kendari berfokus pada interaksi antara agama dan masyarakat, perubahan sosial, keadilan, dan dinamika hubungan antar-komunitas. Pendekatan ini memberikan pemahaman yang holistik tentang bagaimana Islam mempengaruhi dan dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya di mana ia berada. Dengan mengintegrasikan teori-teori sosiologi modern dan nilai-nilai Islam, kajian ini memberikan perspektif yang kaya tentang k