Hadirkan Praktisi Media Nasional, Peserta Antusias Ikut Workshop Jurnalistik yang Digelar di IAIN Kendari

Novi Rahmilia 08-02-2022 (09:52:57) Berita 1034 times
Kendari, Humas – Workshop Jurnalistik dengan tema “Wartawan Bisa Apa di Era Digital?” yang diikuti oleh peserta dari empat kota, yakni Kendari, Jakarta, Yogyakarta dan Solo sukses digelar oleh Monumen Pers Nasional dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) secara hybrid, Senin (7/2/2022).

Sebanyak 800 peserta yang merupakan mahasiswa dan insan pers nasional sangat antusias mengikuti kegiatan yang dipusatkan di Aula Perpustakaan IAIN Kendari. Peserta yang hadir secara offline sebanyak 110 orang sementara peserta lainnya hadir secara virtual, baik via zoom maupun live streaming YouTube.

Pada kegiatan ini, panitia menghadirkan tiga narasumber yang merupakan praktisi media nasional, yaitu Pemimpin Redaksi (pemred) Kompas.com Wisnu Nugroho yang hadir secara luring serta Pemred SCTV dan Indosiar (Emtek Group) Retno Pinasti, serta Akademisi London School of Public Relation (LSPR) dan Editor Tempo.co Martha Warta Silaban yang hadir secara virtual.

Pemred Kompas.com, Wisnu Nugroho menyampaikan bahwa saat ini  berita yang dipersepsikan sebagai sumber pengetahuan mulai dikhawatirkan sebagai sumber kecemasan. Hal tersebut karena banyaknya berita yang tidak sesuai dengan nilai-nilai jurnalisme.

“Berita jurnalistik mengandung 10 nilai berita antara lain, magnitude atau pengaruh, impact atau dampak, significant atau penting, actual atau sedang terjadi, prominence atau ketokohan, proximity atau kedekatan, conflict atau seteru, unique atau kejanggalan, human interest dan seks,” ungkapnya.

Di era digital, hal utama yang harus dilakukan oleh seorang wartawan adalah mencari kebenaran. Wartawan bertanggung jawab untuk mengembalikan kejernihan informasi. Jika itu bisa dilakukan maka wartawan memiliki power.

“Seorang wartawan harus memiliki sikap dasar “skeptis” yaitu ragu-ragu, tidak mudah percaya dalam mencari kebenaran. Untuk memperoleh informasi yang benar, maka wartawan perlu melakukan research, observasi dan interview sesuai dengan kode etik jurnalisme,” tambahnya.

Sementara itu, Pemred SCTV dan Indosiar (Emtek Group), Retno Pinasti membahas tentang perkembangan dunia pertelevisian Indonesia di era digital. Ia mengungkapkan bahwa berdasarkan data media mapping di Indonesia, jangkauan media televisi masih yang tertinggi, yakni sekitar 86 persen  warga Indonesia menggunakan televisi sebagai sumber informasi utama, disusul internet 74 persen kemudian sosial media 63 persen, radio 13 persen, koran dan majalah 8 persen serta pay TV 5 persen.

Di era disrupsi digital saat ini, wartawan TV harus memiliki bakat multi tasking dan adaptif dalam menjalankan tugasnya untuk menjaga eksistensi dunia pertelevisian di Indonesia. Wartawan TV masa kini diharapkan mampu mencari informasi, melakukan peliputan, membuat naskah, mengolah materi siaran, mengemas berita dengan menarik serta mengedit dan mengirim video dalam bentuk digital. Wartawan TV juga harus mampu melawan hoax dengan memahami prinsip-prinsip jurnalisme, patuh pada kode etik jurnalistik serta Undang-Undang Pers.
 
Senada dengan dua pemateri sebelumnya, Akademisi LSPR dan Editor Tempo.co Martha Warta Silaban mengatakan bahwa wartawan di era digital harus melek teknologi namun tetap menjunjung tinggi kode etik jurnalisme agar bisa menghasilkan karya yang akurat, informatif, kritis, dan investigatif.

Salah satu peserta yang hadir secara offline, Fredi Muhtar Lutfi mahasiswa program studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) IAIN Kendari mengungkapkan rasa syukur telah diberi kesempatan untuk hadir pada kegiatan tersebut.

“Saya senang bisa berada di sini. Ilmu tentang jurnalistik dan perkembangan media massa Indonesia di era digital bisa saya peroleh melalui praktisi media nasional yang menjadi narasumber hari ini,” ungkapnya.