Eleganitas Menag RI atas Penyelenggaraan Haji

Novi Rahmilia 17-07-2025 (21:45:22) Berita 341 times
Jakarta, Humas - Penyelenggaraan ibadah haji tahun 2025 resmi berakhir dengan berbagai catatan perbaikan dan evaluasi. Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada seluruh jemaah haji Indonesia atas segala kekurangan layanan yang masih dirasakan selama pelaksanaan ibadah di Tanah Suci. Meskipun sangat banyak pihak yang menyatakan kepuasannya atas penyelenggaraan haji tahun ini. Permohonan maaf tersebut merupakan wujud dari sikap elegan sebagai seorang top leader. 

Dalam pernyataan resminya, Minggu (14/7/2025), Prof. Nasaruddin Umar mengungkapkan permohonan maaf tersebut sebagai wujud tanggung jawab moral dan bentuk kepemimpinan yang rendah hati.

“Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh jemaah atas segala kekurangan yang mungkin terjadi selama pelaksanaan ibadah haji tahun ini,” tutur beliau.

Sikap terbuka dan penuh ketulusan tersebut mendapat apresiasi yang sangat tinggi dari berbagai kalangan. Sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal dan cendekiawan muslim terkemuka, Prof. Nasaruddin Umar dikenal amat konsisten dalam menekankan pentingnya jihad intelektual serta membangun birokrasi keagamaan yang humanis, inklusif, dan damai.

Permintaan maaf tersebut juga menjadi refleksi 75 tahun atas perjalanan Kementerian Agama RI dalam mengelola penyelenggaraan ibadah haji. Proses penyelenggaraan haji yang merupakan salah satu tugas negara yang sangat berat tetapi mulia, sejak mengambil langkah diplomasi, logistik hingga pelayanan spiritual kepada jutaan umat Islam Indonesia.

Melalui sikap terbukanya, Prof. Nasaruddin Umar mengingatkan pentingnya membangun budaya kepemimpinan yang tidak segan mengakui kekurangan, mendengar aspirasi, dan menjawab kritik dengan kerja nyata.

Dalam konteks perguruan tinggi, nilai-nilai seperti inilah yang patut diejawantahkan dalam lingkungan akademik yang terus mendorong tumbuhnya pemimpin masa depan yang melayani, berkarakter dan egaliter.

Sebagai perguruan tinggi keagamaan, kampus juga diharapkan dapat menanamkan semangat jihad intelektual dan kepemimpinan inklusif kepada mahasiswa, agar nilai-nilai keilmuan, kemanusiaan, dan spiritualitas tetap terjaga di tengah dinamika zaman yang semakin kompleks.