Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kamaruddin Amin mengatakan, Indonesia menjadi negara yang aman di tengah masyarakat plural disebabkan para akademisi di negeri ini berhasil membangun infrastruktur sosial yang kuat. Hal itu diungkapkan Kamaruddin saat menjadi pembicara pada diskusi yang mengangkat tema
The Current Development of Islamic Studies yang
digelar di Auditorium IAIN Palu, Senin (17/9/18).
Menurut Kamaruddin, sarjana di Indonesia lebih banyak aktif dalam berbagai organisiasi dan kegiatan social kemasyarakatan, membangun pemahaman masyarakat tentang kehidupan multikultur sehingga tercipta kehidupan masyarakat yang tentram dan damai. Sedangkan di beberapa Negara seperti di Timur tengah para sarjana lebih banyak menghasilkan karya monumental berupa buku-buku dan tulisan ilmiah lainnya.
Meski demikian, Kamaruddin mengingatkan, selain infrastruktur social, penting bagi PTKIN untuk melahirkan sarjana yang menjadi ulama sekaligus ilmuwan.
“Kita tidak bisa mempoduksi sarjana yang hanya menguasai bidang ilmunya tapi tidak bisa menjadi ulama, di sisi lain kita juga tidak bisa hanya memproduksi ulama yang tidak menguasai ilmu modern. Sudah saatnya kita memperoduksi sarjana yang bisa menjadi ulama sekaligus ilmuwan yang memiliki pemahaman tradisional dan modern sekaligus”, ungkapnya.
Pada kesempatan itu, ia juga berpesan agar PTKIN berkonsentrasi dalam menerbitkan karya pada bidang ilmu
Islamic Studies yang monumental serta dapat menjadi rujukan bagi kalangan intelektual dunia.
“Di negara-negara barat, para peneliti Islamic Studies bukan seorang muslim tetapi mereka bisa menghasilkan karya monumental karena mereka menekuni dengan serius dan membuat kajian komprehensif tentang Islam”, tambahnya.
Sementara itu, beberapa pembicara lainnya seperti Prof. Dr. Amin Abdullah, Guru Besar UIN Sunan kalijaga Yogyakarta dan Dr. Amelia Fauzi dari NUS Singapore juga memberikan pandangannya terkait peningkatan kualitas karya ilmiah akademisi PTKIN.
Amelia Fauzi mengungkap perkembangan kajian
Islamic Studies di Indonesia yang terus mengalami perubahan dari abad 20 ke abad 21.
“Dulu kajian
Islamic Studies hanya terbatas pada konsep tradisional, sekarang sudah mengarah pada menjadi kajian implementatif. Ini cukup positif karena sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kita juga bisa melihat kalau dulu forum-forum intelektual seperti ini pesertanya didominasi oleh orang asing tapi sekarang 90 persen merupakan akademisi Indonesia”, jelas Amelia.
Kegiatan Diskusi merupakan rangkaian kegiatan Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) yang berlangsung mulai 17-20 September 2018 di Palu, Sulawesi Tengah. AICIS mempertemukan pakar Islamic Studies dari berbagai Negara di dunia dalam diskusi panel. (liv)