Guru Besar KUPU Brunei Darussalam Beri Kuliah Umum Tentang Moderasi Beragama

Lily Ulfia, SE 20-05-2019 (16:40:30) Berita 3617 times
Kendari, Humas – Dosen Kolej University Perguruan Ugama Seri Begawan (KUPU SB) Brunei Darussalam menghadiri undangan Fakultas Syariah IAIN Kendari sebagai narasumber pada kegiatan kuliah umum pakar yang digelar di Auditorium, Senin (20/5/2019). Kuliah Umum ini mengangkat tema Meneguhkan Moderasi Beragama untuk Penguatan Kelembagaan IAIN Kendari menuju Asian Class University

Kegiatan dibuka oleh Rektor IAIN Kendari, Prof. Dr. Faizah Binti Awad, M.Pd dan dihadiri oleh sejumlah pejabat fungsional dan struktural antara lain Wakil Rektor I Dr. Husain Insawan, M.Ag, Wakil III Dr. Herman , M.Pd,I, Dekan Fakultas Syariah Dr. I Pandang, M.Ag.

Dalam sambutannya, Rektor mengatakan, kehadiran Guru Besar Fakultas Ushuluddin KUPU SB ini selain untuk pengembangan wawasan sivitas akademika juga untuk membuka ruang kerjasama antara IAIN Kendari dan KUPU SB.

“Kiprah beliau dalam dunia pendidikan di beberapa Negara seperti di Malaysia dan Brunei tidak perlu diragukan, untuk itu kami mengapresiasi kesediaan beliau untuk hadir di IAIN Kendari berbagi wawasan dan membuka cakrawala berpikir kita khususnya tentang moderasi beragama”, jelas Rektor.

Guru Besar asal Sulawesi Selatan ini mengatakan, moderasi beragama di Indonesia sudah cukup mapan dengan kehadiran pemikiran moderasi Islam (Islam Wasathiyah), setidaknya diwakili oleh dua Ormas mainstream yaitu Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama. Hanya saja, masyarakat kita masih perlu mendapatkan pencerahan pemahaman agama untuk menghindari masuknya pemikiran ekstrimis dan cenderung menyalahkan pemikiran orang lain.

“Yang paling bertanggung jawab untuk memberikan edukasi masalah keagamaan adalah para dosen. Dosen tidak hanya mengajar tetapi juga harus melakukan penelitian karena dengan meneliti akan melahirkan kedalaman berpikir sehingga bisa menjadi pakar di bidangnya”, jelasnya.

Pada penjelasan lainnya, Direktur Pusat Penelitian Ahli Sunnah Wal Jama’ah KUPU SB juga memberikan gambaran historis masyarakat muslim di Brunei Darussalam yang seluruhnya menganut aliran Ahlussunah Wal Jama’ah.

“Masyarakat Brunei menganut ideologi negara Melayu Islam Beraja dengan manhaj Ahlu Sunnah Wal Jama’ah, tidak ada yang menginginkan kehadiran manhaj lain dan ini terjadi turun temurun sampai saat ini. Disana tidak berkembang organisasi manhaj keagamaan, yang ada hanya untuk bidang lain seperti perdagangan, pendidikan dan lain-lain”, paparnya

Dia menyebutkan, manhaj Ahlussunah Wal Jama’ah adalah manhaj yang berada di posisi tengah dan menghargai perbedaan. Manhaj ini pertama kali masuk ke negeri melayu termasuk Indonesia melalui para ulama timur tengah yang mendalami dan menguasai ilmu keislaman. Para ulama tersebut memiliki wawasan ilmu Al Qur’an dan tafsir serta syariah yang komprehensif. Kedalaman ilmu itu tidak membuat mereka memberikan label negatif kepada penganut manhaj atau keyakinan berbeda. Dalam melaksanakan dakwah, tidak ada pemaksaan kehendak serta mengutamakan ajakan dengan cara-cara yang terpuji.

Professor bidang filsafat itu berharap, metode dakwah ini patut menjadi contoh bagi para cendekia masa kini demi menjaga kerukunan di tengah masyarakat. 

Kuliah umum yang diselenggarakan oleh fakultas Syariah IAIN Kendari ini diikuti oleh sekitar 500 peserta terdiri dari dosen, pegawai dan mahasiswa. Kegiatan ditutup dengan penyerahan cendera mata dari Rektor IAIN Kendari kepada Prof. Syamsul Bahri Andi Galigo. (liv)