Kuliah Tamu, Marissa Haque Berbagi Tips Membangun Generasi Mahasiswa Anti HOAX  

Lily Ulfia, SE 29-08-2017 (18:13:29) Berita 2700 times
Kendari, (Humas) - Salah satu dampak negatif dari era keterbukaan berbasis internet adalah maraknya berita atau info yang beredar di dunia maya, baik melalui situs maupun melalui media sosial seperti Facebook, WhatsUp, dan Twitter yang kebenarannya  tidak dapat dipertanggungjawabkan. Ironisnya, informasi tersebut sering dianggap sebagai suatu kebenaran. Oleh karena itu, perlu upaya untuk membentengi generasi muda agar lebih cerdas dalam menerima dan mengolah informasi dari internet.
 
Hal inilah yang mendasari digelarnya Kuliah Tamu yang bertajuk  “Berita HOAX  Dalam Tinjauan Psikologi, Upaya Membangun Harmoni Dalam Keberagaman”oleh Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FATIK) IAIN Kendari di Aula Perpustakaan, Senin (28/8/17). Kuliah tamu ini menghadirkan Dr.Hj. Marissa Haque, S.H., M.Hum., M.B.A, M.H., M.Si selaku narasumber.
 
Menurut Marissa, istilah Hoax berasal dari bahasa Inggris yang masuk sejak era industri yang diperkirakan pertama kali muncul pada tahun 1808. Istilah ini secara umum dipahami sebagai suatu kata yang umumnya digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang palsu atau untuk mengakali orang lain supaya mereka memercayainya, padahal sudah jelas-jelas berita itu adalah palsu.
 
“Istilah Hoax sejatinya adalah bentuk dari cyber bully yang dampaknya sangat besar termasuk terhadap psikologi seseorang yang menjadi targetnya, bahkan di negara tertentu sampai mengakibatkan depresi tingkat tinggi yang berujung pada kematian akibat bunuh diri” ungkap Marisa
 
Selain berdampak psikologi, lanjutnya, efek Hoax juga berpotensi memecah belah suatu bangsa, seperti yang sedang dialami bangsa ini. Hidup berpuluh tahun penuh dengan keharmonisan namun kini terkoyak disebabkan isu hoax yang beredar secara massif.
 
Disela materinya yang ia bawakan kurang lebih selama satu jam, Marissa menanggapi pertanyaan yang dilontarkan oleh mahasiswa mengenai penyebab massifnya fenomena Hoax dan cara menanggulanginya. Ia menuturkan bahwa hoax kini begitu massif karena dilakukan secara terorganisir, sebut saja kasus yang sementara proses penyidikan oleh kelompok pembuat dan penyebar berita hoax yang memafaatkan isu SARA, yakni sindikat Saracen.
 
“Para pelaku mengakui bahwa mereka dibiayai oleh oknum dan kelompok tertentu untuk memainkan issu melalui berita hoax yang kemudian disebar secara massif di media sosial. Jadi, Hoax sudah menjadi pekerjaan untuk meraup untung yang jumlahnya sampai puluhan juta rupiah” paparnya.
 
Oleh karena itu, Marissa memberikan tips kepada mahasiswa untuk menghadapi semakin massifnya Hoax. Yang pertama lebih selektif dalam membaca berita di medsos apalagi sampai ikut-ikutan menyebarkannya. Pastikan info didapat dari sumber terpercaya dan mempunyai kredibilitas tinggi. Kedua, Jangan terjerumus ke dalam kategori “kecanduan” gadget karena gadget sejatinya adalah suplemen bukan malah menjadi prioritas. Ketiga, komparasikan isu yang dibaca dengan isu terkait pada media yang lebih terpercaya. Dan yang terkahir, bergabung dengan komunitas medsos anti Hoax karena pada dasarnya gerakan anti hoax punya komunitas tersendiri untuk mengcounter berbagai berita hoax di medsos.
 
“Sebut saja, Indonesian Hoaxes yang merupakan salah satu komunitas Facebook yang gencar melawan berita-berita Hoax dengan menampilkan data dan analisis yang lebih dapat dipertanggungjawabkan” jelas Alumni Universitas Gajah Mada ini.
 
Sementara itu, dekan FATIK IAIN Kendari, Dr. Hj. St. Kuraedah, M.Ag menuturkan bahwa kegiatan ini merupakan upaya FATIK sebagai lembaga pendidikan dalam membentuk generasi mahasiswa dan pemuda anti Hoax.
 
“Sebagai generasi muda, mahasiswa sudah sepatutnya tidak mudah menelan mentah-mentah berita yang beredar di sosmed karena hoax dalam perkembangannya kini tidak memandang siapa saja, tidak memandang seberapa tinggi tingkat pendidikan karena faktanya, tidak sedikit oknum yang berpendidikan tinggi juga ikut membagikan hoax di media sosialnya” tutupnya. (sms/liv)